Sunday, February 27, 2011

Contoh topik disertasi Ilmu Bahan

  1. Sifat magnetolistrik film komposit multilapisan CoFe2O4-Pb(Zr0.52Ti0.48)O3 via metode sol-gel
  2. Sifat morfologis dan magnetis film komposit TiO2/Fe50Co50
  3. Katalis asam padat untuk dehidrasi gliserol menjadi akrolein dalam fase gas
  4. Transisi fase dan sifat mekanis alloy memori bentuk magnetis Ni-Mn-Ga-Ti berkendala usia
  5. Sintesis selaput hibrid polieterimida/silika dengan proses sol-gel: pengaruh kondisi reaksi sifat selaput
  6. Perilaku logam kubus berpusat badan pada pembebanan kejut satu dimensi
  7. Penumpukan kerusakan dan stress pada kristal tunggal UO2 terimplantasi He: Studi difraksi sinar X
  8. Stabilitas termal deret larutan padat fosfat tembaga-titanium-zirkonium: CuTi2-xZrx(PO4)3(0<=x<=2) dalam udara
  9. Diagram fase dan sifat listrik keramik bebas timbal Bi0.5Na0.5TiO3-BaTiO3 termodifikasi Mn, K
  10. Perbaikan sifat mekanis komposit karbon/karbon dengan dua matriks berbeda
  11. Pembentukan ZnO sphalerite dan wurtzite pada alloy Pd-Zn setelah oksidasi internal pada suhu terangkat
  12. Difusivitas ion perak dalam substrat keramik dibakar bersama dalam suhu rendah (LTCC)
  13. Kendala nukleasi polikristal SiC mengelilingi benih dalam pertumbuhan kristal tunggal SiC
  14. Energi aktivasi poli (metil metakrilat) dari pengelasan polimer dan rheometri
  15. Tinjauan sintesis nano-TiO2 tipe sol-gel dan penerapannya
  16. Perilaku relaksasi dielektrik partikel nano dan kawat nano CdS
  17. Relaksasi dielektrik pada gelas chalcogenide Se80-xTe20Snx
  18. Pengamatan sekuensial HAADF-STEM pada perubahan struktural dalam partikel nano Au ditopang oleh CeO2
  19. Penyelidikan TEM pada pembentukan zirkonat dan peracunan krom pada katoda LSM/YSZ
  20. Studi in situ pembentukan FeTe
  21. Pengotoran dan segregasi vakansi pada perbatasan butir miring simetris dalam ZrO2 yang dikotori Y2O3
  22. Tampilan fraktura dalam gelas soda limun setelah pengujian dengan indenter sferis
  23. Pengamatan langsung dan kuantifikasi kopling migrasi sobekan perbatasan butiran dalam Al polikristalin
  24. Pengembangan morfologis dan pengendalian ukuran serabut nano poli(trimetilen terephthalat) yang disiapkan dari komposit fibrillar poli(trimetilen terephthalat/butirat asetat selulosa in situ
  25. Pengaruh vibrasi ultrasonik dalam penempaan mikrostruktur dan sifat aloy aluminium 7050
  26. Proses dan sifat elektromekanis serabut piezolistrik bertonjol Pb(zr,Ti)O3 dikotori lanthanum
  27. Kondisi dan tampilan matriks dan karbonisasi tumpukan prekursor organis
  28. Sintesis partikel nano nikel berkemasan padat heksagonal dalam konsentrasi nikel tinggi dan sifat katalitisnya
  29. Sintesis dan karakterisasi partikel nano vanadium karbida dengan prekursor dari refluksi termal
  30. Sintesis tidak terkatalis pada polipirol dengan kelompok sisi viologen dan sifat kimianya
  31. Transpor spin pada remah grafit tipis
  32. Pengaruh iradiasi sinar gamma dan penalaan termal pada sifat struktur, optis dan listrik film tipis vanadil 2,3-naphthalosianin terendapkan vakum
  33. Studi pada pirolisis kilat poliakrilamida: pemercepat propellant berbasis Al-H2O

Sunday, February 6, 2011

Bantuan Penulisan Disertasi Doktor Dengan Harga Terjangkau

Mengapa merasa depresi dan lelah dalam menulis disertasi bila anda bisa memperoleh bantuan Penulis Disertasi? Jasa penulisan disertasi kami dapat anda andalkan bila anda membutuhkan disertasi doktor berkualitas dalam deadline yang singkat.
Dengan harga kami yang terjangkau dan sejumlah layanan, kami percaya dapat memberikan anda yang terbaik. Teruslah baca mengenai sejumlah alasan yang membuat anda dapat memperoleh bantuan penulisan disertasi doktor disini.
Kirim email pemesanan anda ke penulisdisertasi@gmail.com
Empat jenis jasa bantuan disertasi doktor yang dapat anda peroleh antara lain:
Penulisan disertasi
Kirimkan kami email berisi topik disertasi anda beserta syarat-syarat anda. Kami akan mengirim anda e-mail berisi disertasi yang sesuai keinginan dan sesuai deadline anda.
Penulisan ulang disertasi
Kami juga menulis ulang disertasi anda yang ditolak atau tidak lengkap. Kami akan mengubah karya tulis anda menjadi karya yang cemerlang.
Editing disertasi
Bila anda ingin bantuan pakar dalam disertasi anda, silakan hubungi email kami. Kami akan membaca ulang dengan teliti, melakukan penyuntingan dan memformatnya untuk anda.
Produk disertasi
Selain menulis disertasi, kami juga mengkhususkan diri dalam penulisan laporan buku, esai, tesis, skripsi dan makalah.

Friday, February 4, 2011

Contoh topik disertasi Kesejahteraan Sosial

  1. Kebijakan sosial dan kesehatan publik sepanjang sejarah hidup
  2. Kekuatan potensial program kebijakan sosial: redistribusi pendapatan, sumberdaya ekonomi dan kesehatan
  3. Ketidaksetaraan gender dan kelas dalam berbagai jenis kondisi kesejahteraan: Program Indikator Kewarganegaraan Sosial
  4. Pergeseran masyarakat dan pola kemiskinan yang berubah
  5. Seratus tahun uang, kesejahteraan dan kematian: mortalitas, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan negara sejahtera di Indonesia 1910-2010
  6. Kebijakan sosial dan kesehatan: negara transisi dalam perspektif komparatif
  7. Analisis komparatif longitudinal Kebijakan keluarga, pembangunan ekonomi dan mortalitas bayi
  8. Apakah pensiun publik penting bagi kesehatan dan kesejahteraan pada orang yang pensiun?
  9. Lembaga pensiun publik dan mortalitas usia tua dalam perspektif komparatif
  10. Pengembangan sistem kesejahteraan yang dapat diterapkan di Indonesia
  11. Pengalaman hidup bergantung pada bantuan sosial
  12. Gadis dengan masalah terkait harga diri dalam perspektif komparatif
  13. Studi longitudinal ibu dalam buruh miskin
  14. Perawatan anak: kesejahteraan atau investasi?
  15. Pengaruh penggunaan jasa kesejahteraan sosial atau manfaat keamanan sosial pada sikap terhadap kebijakan kesejahteraan sosial
  16. Analisis biaya pragmatis MST dari percobaan acak dengan remaja yang mengalami gangguan perilaku
  17. Ruang luar bagi remaja putri di perkotaan
  18. Pengeluaran sosial dan administrasi publik: apakah biaya bantuan sosial daerah adalah masalah organisasi?
  19. Konteks lokal dan variasi sikap pada kota-kota di Jawa
  20. Keamanan sosial untuk manula di desa: sebuah proposal berbasis pensiun non kontributif universal
  21. Pemikiran kembali etika kerja sosial
  22. Badiou dan filsafat kerja sosial
  23. Kondisi kesejahteraan dan kepercayaan sosial di Indonesia
  24. Partisipasi program kesejahteraan pada pekerja migran desa ke kota di Jakarta
  25. Upah dalam ekonomi terbebas dunia
  26. Pengalaman bekerja dan menganggur pada remaja dalam program pelatihan kerja di Indonesia
  27. Peran program kebijakan pasar tenaga kerja aktif dalam berbagai siklus bisnis
  28. Imigran dan peningkatan ketergantungan pada bantuan sosial
  29. Determinan transfer finansial intra keluarga
  30. Prevalensi masalah judi bola pada remaja
  31. Penyerang anak dalam program rehabilitasi berbasis masyarakat
  32. Partisipasi dalam kegiatan santai orang dewasa dengan tuna grahita di masyarakat
  33. Transisi pasca komunisme dalam mengejar kesejahteraan dan keamanan di Indonesia

Disertasi terbaik April 2010 : Virulensi Jamur Jaring meningkat lewat Reproduksi Seksual

Kultivar gandum Finlandia telah relatif sangat resistan terhadap jamur jaring, sejenis penyakit tanaman paling umum ditemukan pada gandum di Finlandia. Walau begitu, ada peningkatan reproduksi seksual patogen yang dapat membuat situasi menjadi jauh lebih buruk di masa depan.
Marja Jalli, ilmuan penelitian di Penelitian Pangan Pertanian MTT Finlandia, menemukan metode untuk menilai virulensi jamur jaring dalam kondisi rumah kaca dalam disertasi doktornya. Disertasi ini mengungkapkan kalau virulensi populasi patogen jamur jaring Finlandia telah berubah sangat sedikit dalam 15 tahun terakhir.
“Kultivar resisten kuantiatif Finlandia yang baru relatif baik pada penyakit ini. Bila gandum menunjukkan resistensi spesifik yang lebih tinggi, maka patogennya juga akan tumbuh lebih kuat,” kata Jalli menjelaskan.
Jamur jaring dapat menyebabkan kerugian pertanian besar
Jamur jaring menghasilkan gejala mirip jaring di daun gandum. Penyakit ini menghancurkan klorofil dan mengurangi luas permukaan daun tanaman. Pada kasus terburuk, infeksi jamur jaring parah dapat menyebabkan tanaman kehilangan 30 persen daunnya. Dalam bentuk sekarang ini, penyakit ini masih dapat ditangani.


Di Finlandia, ascomycetes yang menyebabkan penyakit jamur jaring (Pyrenophora teres Drechs.) sebagian besar bereproduksi secara aseksual lewat spora. Patogen ini juga mampu melakukan reproduksi seksual, yang diketahui terjadi pada taraf tertentu.
Reproduksi seksual mengubah virulensi
Disertasi ini berbasis pada populasi sekitar 240 isolat jamur jaring yang dikumpulkan dari pertanian gandum di berbagai bagian Finlandia antara tahun 1994 dan 2007. Jalli mempelajari pengaruh reproduksi seksual pada virulensi jamur jaring dalam kondisi laboratorium. Hasilnya mengejutkan.
“Dengan menyilangkan dua isolat jamur jaring yang keduanya tidak mampu mengatasi resistensi gandum, kami berhasil menghasilkan isolat keturunan yang mampu menyebabkan gejala bahkan bila tanaman gandum tersebut telah sepenuhnya resisten terhadap penyakit ini,” jelas Jalli.
Di masa depan, reproduksi seksual patogen ini diduga juga akan meningkat dalam kondisi lapangan, karena iklim berubah dan popularitas pertanian teras rendah serta spesialisasi dalam monokultur gandum yang membuat kondisi semakin menguntungkan bagi penyakit ini.
Pembiakkan tidak boleh hanya terfokus pada satu gen
Virulensi jamur jaring bukanlah hasil dari satu gen saja namun dari proses hereditas yang lebih rumit. Jalli percaya kalau pembiakkan resisten harus tidak semata berfokus pada satu faktor saja.
“Usaha-usaha harus dibuat untuk juga memperkenalkan faktor resisten baru pada kultivar gandum saat pembiakan. Genom gandum ras darat dan gandum liar, misalnya, diharap terbukti berguna dalam hal ini,” jelasnya.
Kultivar gandum yang dibahas dalam disertasi doktor ini juga ditemukan mengandung unsur yang sangat resisten pada jamur jaring dan belum pernah digunakan sebelumnya dalam pembiakan resisten.
Benchmark untuk penelitian internasional
Jamur jaring sebelumnya telah ditemukan menjadi masalah kultivar gandum yang tumbuh di iklim utara. Dalam tahun-tahun terakhir, minat pada patogen ini mulai meningkat pula di lintang lainnya.
Disertasi doktor Jalli mengkhususkan sembilan kultivar gandum berbeda yang dipilih dengan bekerjasama dengan para ilmuan penelitian internasional dan kemudian dapat dipakai sebagai benchmark untuk pengukuran kehandalan virulensi jamur jaring di penjuru dunia.

Thursday, February 3, 2011

Disertasi Terbaik Januari 2011: Jaringan Ponsel tanpa Base Station

Generasi baru teknologi telepon seluler memungkinkan berkomunikasi langsung dari satu telepon ke telepon lainnya tanpa harus bertopang pada base station. Sebuah disertasi dari Universitas Linkoping di Swedia menyajikan sebuah program yang bekerja pada telepon dan dapat mengirim pesan bahkan saat infrastruktur telekomunikasi terputus.
Bencana alam dalam beberapa tahun terakhir telah menunjukkan betapa rentannya masyarakat kita pada peristiwa yang tak terlihat dan merusak. Pada saat yang sama, kita telah melihat kalau ada keinginan kuat untuk membantu masyarakat di daerah bencana. Namun agar operasi penyelamatan bekerja, telekomunikasi harus berjalan.




Base station telepon seluler dan telepon satelit adalah sangat penting namun mereka memiliki keterbatasan dalam hal biaya, waktu pembangunan, dan akses dalam skala besar. Mikael Asplund, seorang kandidat doktor dalam ilmu komputer sekarang menyajikan pengganti saluran komunikasi yang ada saat krisis.
Gagasannya adalah menggunakan generasi baru telpon seluler untuk mengirim pesan langsung dari satu ponsel ke ponsel lainnya. Keuntungan tipe jaringan spontan ini adalah ia dapat digunakan siapa saja, tanpa perangkat khusus, dan dapat disetel seketika untuk memecahkan masalah yang muncul di tempat tertentu.
Namun jaringan demikian bukan hanya membawa potensi besar, namun juga tantangan tersendiri. Hal ini karena celah dan partisi jaringan dapat naik, sehingga tidak ada yang dapat lagi mengirim pesan. Di saat yang sama, penggunaan baterai yang besar memerlukan efisiensi energi yang tinggi. Mikael Asplund dan rekan-rekannya telah merancang program yang dapat mengatasi kesulitan ini saat ia dijalankan di telepon sehingga memungkinkan pengiriman pesan dalam kondisi sangat buruk.
Bagian pertama disertasi beliau juga berurusan dengan partisi jaringan dalam lingkungan yang lebih terkendali. Masalah ini dapat muncul misalnya saat sebuah bank internet mengalami gangguan dalam koneksi jaringannya ke bagian lain bank. Disertasi ini menyajikan metode agar bank dapat terus memberikan layanan pada nasabahnya walaupun ada kerusakan dalam jaringan telekomunikasi.

Contoh topik disertasi Perbandingan Agama

  1. Keutamaan intelegensi dalam agama-agama di Indonesia
  2. Pesan dari agama suku di Sumatera Utara
  3. Islam dan kesaradaran mengenai kemutlakan
  4. Mengenai keabadian dalam agama
  5. Lagu anggur (al-Khamriyyah) dari Umar ibnu al Farid
  6. Kejayaan spritiual agama suku di Jambi
  7. Fungsi eliatik
  8. Meditasi perjalanan
  9. Simbolisme taman Tao
  10. Perubahan dalam monoteisme semitik
  11. Siapa yang menjadi wakil Timur?
  12. Masalah seksualitas dalam agama
  13. Pemikiran kuintessensial
  14. Ilmu dan teknologi dalam islam tradisional: refleksi pada karya tulis terbaru
  15. Derajat seni dalam agama
  16. Kesadaran kristus Blake
  17. Aspek tradisi agama kaharingan modern di Kalimantan Barat
  18. Atas nama Yesus
  19. Landasan estetika integral dalam agama
  20. Naga yang menelan santo George
  21. Beberapa pemikiran mengenai festival dunia islam di Eropa
  22. Bhagavad Gita: Pendahuluan bagi pembaca Indonesia
  23. Pesan agama suku di Sulawesi Tengah terhadap dunia modern
  24. Simbolisme langit dalam agama
  25. Sains modern dan dehumanisasi manusia
  26. Perisai Achilles
  27. Fabel Sufi – ‘Dongeng Ikan’ karya Shah Da’I I Shirazi
  28. Metafisik polifoni musikal
  29. Kehidupan para nomaden
  30. Tiga dimensi sufisme
  31. Dengan semua pikiran kalian
  32. Mistisisme Islam
  33. Islam dan musik

Mutu Disertasi Indonesia dilihat dari Indeks Potensi Inovasi

Disertasi dimaksudkan untuk menciptakan pengetahuan baru atau inovasi baru bagi bidang ilmu yang bersangkutan. Pengetahuan ataupun inovasi tersebut merupakan output dari pendidikan semenjak lahir hingga lulus dengan gelar doktor. Bila kita batasi rentang pengetahuan tersebut sebatas program pasca sarjana s3 saja, maka inputnya adalah potensi calon mahasiswa s3 untuk menghasilkan pengetahuan baru atau inovasi baru tersebut. Disinilah letak hubungan indeks potensi inovasi terhadap mutu disertasi itu sendiri.
Kita mengharapkan bahwa dalam disertasi telah tertuang segala potensi inovasi dan pengetahuan yang telah kita pelajari selama ini. Walau begitu, setiap individu memiliki potensi yang berbeda. Hal ini dapat dirata-ratakan hingga seluruh populasi di suatu negara.
Global Innovation Index 2009-2010 telah melakukan survey terhadap 132 negara, salah satunya Indonesia. Salah satu surveynya menghasilkan nilai indeks potensi inovasi. Bagaimana indeks potensi inovasi Indonesia relatif terhadap negara lain? Tabel berikut menampilkan lima besar negara dengan indek potensi inovasi di wilayah Asia Tenggara, Asia dan Dunia.
Negara
Ranking Asia Tenggara
Ranking Asia
Ranking Dunia
Finlandia
-
-
1
Islandia
-
-
2
Swedia
-
-
3
Amerika Serikat
-
-
4
Denmark
-
-
5
Taiwan
-
1
6
Jepang
-
2
7
Korea Selatan
-
3
8
Singapura
1
4
10
Israel
-
5
13
Indonesia
2
13
59
Filipina
3
17
69
Thailand
4
19
72
Vietnam
5
20
73
Cukup baik posisi Indonesia di Asia Tenggara. Kita urutan kedua sebagai negara dengan indeks potensi inovasi tertinggi di Asia Tenggara. Sayangnya, hal ini masih berupa potensi. Sesuatu yang dapat mewujud, namun dapat juga hanya terpendam semakin dalam, jika salah dikembangkan. Adalah tugas kami sebagai jasa penulisan disertasi untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi inovasi anda dalam bidang keilmuan anda. Dalam bekerja sama dengan kami, anda bukan hanya memperoleh rekan dialog untuk berbagi ide dan pengetahuan, namun anda juga dapat memperoleh masukan-masukan keilmuan penting serta referensi-referensi yang sulit anda peroleh jika anda bekerja sendiri atau tidak dengan profesional. Mari kita kembangkan potensi yang telah ada di diri anda sekarang. Hubungi kami di penulisdisertasi@gmail.com

Contoh bab 3 disertasi Ilmu Komunikasi

A. Pendahuluan
Bab ini dan bab selanjutnya akan memberikan pendekatan pada komunikasi yang akan digunakan penulis untuk mengkritik kampanye komunikasi publik. Model komunikasi ini berdasarkan pada apa yang dikenal sebagai prinsip dialogis. Ia memiliki dua tampilan prinsipil yang berbeda dari pendekatan komunikasi lainnya: pertama ia memperlakukan bahasa sebagai sebuah peristiwa, bukannya sistem; kedua, ia memperlakukan makna sebagai sifat yang muncul, dimana makna dibangkitkan oleh interaksi dua atau lebih partisipan dalam sebuah peristiwa komunikasi dan hanya muncul sebagai hasil tindakan bersama.
Banyak pengarang telah tertarik pada pandangan komunikasi ini dan telah ada banyak pembahasan mengenai pergeseran paradigma saat teoritikus komunikasi mulai menggunakan terminologi prinsip dialogis. Walau begitu, sebagaimana yang akan ditunjukkan oleh penulis, sebagian besar penulis ini telah lama memeluk sifat radikal prinsip dialogis dan belum melihat bahwa bukan hanya sekedar terminologi yang harus dirubah. Dalam kebanyakan kasus tidak ada pergeseran paradigma sama sekali, namun hanya perubahan dalam teori dan model yang telah ada.
Dalam bab ini, penulis memperkenalkan prinsip dialogis, dan memeriksa aspek yang relevan dari paradigma kemanusiaan dan ilmu sosial. Konsentrasi pada bab ini dan selanjutnya ada pada aspek konseptual berbagai pendekatan komunikasi, sementara pertimbangan etik dan praktis akan dibahas di sepanjang disertasi.
Penulis mendekati bab ini menggunakan prinsip dialogis dengan kehati-hatian. Seperti banyak orang yang telah menulis mengenai komunikasi, penulis menyadari ketidakcukupan komunikasi tradisional dalam membahas subjek ini. Namun sebagaimana akan penulis arungi menuju model baru kampanye komunikasi publik, model komunikasi sebagai percakapan yang akan membawa kita dari model transmisi, penulis sadar akan adanya sebuah ironi: sangat sulit melakukan percakapan diperluas mengenai topik ini. Kita tidak memiliki kosakata dan metafora penunjangnya untuk melakukan percakapan mengenai percakapan. Model yang ada sangat kabur dan cair sehingga menyelusup ke semua komunikasi mengenai komunikasi. Apa yang kita perlukan sekarang adalah metafora-metafora baru yang memungkinkan kita membahas dan menulis dengan yakin mengenai komunikasi tanpa berimplikasi pada pergerakan makna dari satu individu ke individu lain.
Dalam model komunikasi sebagai percakapan yang ingin penulis kembangkan untuk kampanye komunikasi publik, makna tidak berlompatan dari orang ke orang, namun diciptakan dalam tindakan perckapan. Komunikasi adalah sebuah peristiwa yang memunculkan perubahan; namun komunikasi sendiri tidak melibatkan pergerakan, dari satu tempat ke tempat lainnya, baik dari pesan maupun makna. Instrumen komunikasi bergerak – gelombang udara bergetar, kertas dipertukarkan, sinyal elektronis berdenyut di kabel dan berpendar di layar – namun interaksi bermakna antar manusia tidaklah sama seperti instrumen yang digunakan untuk berinteraksi. Inilah kesalahan dasar Weaver saat beliau menerapkan model komunikasi matematis Shannon untuk mencakup semua komunikasi manusia; ia salah mengambil instrumental untuk esensial. Namun Weaver tergoda dengan metafora umum sebagaimana orang-orang sebelumnya. Dalam bab sebelumnya penulis telah menjelaskan ketidakmampuan para ilmuan komunikasi untuk membuang kebiasaan ini dalam pikirannya; dalam bab ini, penulis akan kembali menunjukkan bagaimana kuatnya metafora dan keyakinan yang dipegang luas mengenai komunikasi, membawa pada mereka yang ingin mengubah paradigma menuju dialogis kembali terjatuh pada kebiasaan berpikir dan berperilaku model pengirim – pesan – penerima.
Walau begitu, bukan metafora komunikasi semata yang perlu diubah. Penulis berpendapat bahwa paradigma komunikasi yang menginformasikan kelembagaan kita, hubungan formal dan publik memiliki tampilan yang sama dengan paradigma cabang pengetahuan manusia lainnya. Penulis yakin bahwa satu-satunya jalan untuk meningkatkan hubungan ini adalah perubahan radikal dalam paradigma komunikasi, yang tergantung untuk berhasil pada perubahan radikal paradigma lainnya.
Paradigma dominan ilmu sosial memiliki banyak kesamaan dengan sains akhir abad ke-19. Karena sains adalah sebuah lembaga dalam batasan pemikiran barat klasik, tidaklah mengherankan kalau asumsi sains dan cabang-cabangnya ditandai dengan karakteristik epistemologis yang umum ditemukan pada bentuk wacana lainnya, yang sepanjang abad telah menjadi bagian pemikiran dasar kita yang kita berikan label asumsi ‘masuk akal.’ Tampilan paradigma ilmu sosial tradisional mencakup empat elemen epistemologis yang signifikan untuk penelitian disertasi ini: linearitas, struktur, reifikasi dan reduksionisme (lihat halaman 121 dibawah). Bahkan kalau ada panggilan untuk menggeser paradigma, usaha untuk melakukannya biasanya berada didalam berbagai ranah postmodernisme, yang secara umum tidak berhasil, karena dua alasan penting: pertama, setiap perubahan yang dibuat hanya terjadi dalam batasan disiplin tertentu, dan bukan pada skema konseptual keseluruhan; dan kedua, perubahan yang dibuat hanya pada satu atau dua komponen kecil paradigma, bukan pada paradigma itu sendiri secara keseluruhan. Penulis akan menunjukkan di bawah bahwa kesarjanaan postmodernisme tidaklah konsisten dan tidak pula menyeluruh dalam hal berikut: kita melihat kejanggalan kecil pada paradigma lama, namun paradigma lama ini tetap mampu tumbuh di atas luka-luka tersebut.
B. Cara Baru Membicarakan Komunikasi
Penulis mengambil titik awal pada posisi tiga filsuf: intelektual Rusia, Bakhtin (1895-1975) dan/atau Voloshinov (1884-1936), khususnya dalam Marxisme dan Filsafat Bahasa 1929; teologian dan filsuf Austria, Martin Buber (1878-1965) dalam Dialog 1929; dan Ludwig Wittgenstein (1878-1965) dalam karyanya Penyelidikan Filosofis 1953.
Bakhtin dan Buber, yang menghasilkan karya mereka di tahun 1920an dan 30an, menunjukkan sifat dasar komunikasi yang menurut penulis paling memuaskan dan bermanfaat. Pandangan mereka mengenai sifat komunikasi, yang kadang disebut prinsip dialogis (khususnya dalam membahas karya Bakhtin), membawa komunikasi lepas dari pendekatan instrumental mekanistik yang telah mendominasi pemikiran Barat dalam bidang ini sejak lama, dan masih hingga sekarang. Walau begitu, penulis tidak akan menggunakan terminologi mereka, karena penulis memilih istilah ‘percakapan’ sementara mereka menggunakan istilah ‘dialog’, dan menggunakan dialog sebagai bentuk sekunder dan turunan dari percakapan (seperti menurut penulis, berlaku pada semua bentuk lain komunikasi, termasuk komunikasi massa dan komunikasi publik). Alasan penulis mengadopsi istilah ‘percakapan’ sebagai pengganti ‘dialog’ akan dijelaskan dalam bab berikutnya.
Wittgenstein tidak menggunakan istilah ‘dialog’ atau ‘percakapan’, namun memilih ‘bahasa’ dan ‘permainan-bahasa’. Namun dalam Investigations, bahasa dan makna adalah bahasa dan makna yang digunakan: tidak masuk akal merujuk pada bahasa kecuali dalam hal berkomunikasi dengan orang lain. Pemaksaannya bahwa bahasa pada dasarnya publik – bahwa setiap aspek psikologis tidak relevan pada bagaimana individu menggunakan bahasa dan merumuskan makna – memberikan intisari prinsip dialogis.
1. Bakhtin
Kesarjanaan Bakhtinian telah menghabiskan cukup waktu dalam membahas apakah tulisan yang dinisbahkan pada dua pendahulu Bakhtin, Medvedev dan Voloshnikov, sesungguhnya ditulis oleh Bakhtin, dan hal ini menghasilkan kebingungan dalam nomenklatur dan juga kepengarangan. Ketidakpastian mengenai kepengarangan ini dicerminkan dalam beragam nama: sebagian kritikus merujuk pada pengarang Marxisme dan Filsafat Bahasa adalah Bakhtin (misalnya Todorov), yang lain Voloshnikov (misalnya Hodge dan Kress), dan yang lain Voloshnikov/Bakhtin (misalnya Morris). Untuk keberanian dan kemudahan pembacaan, penulis merujuk pada Bakhtin.
Pendekatan pertama pada komunikasi yang penulis pandang berguna untuk wacana publik mengikuti teori penyebutan Bakhtin. Bakhtin mengembangkan pendekatan bahasa dan komunikasinya, terutama pada tahun 1930an, sebagai kritik pada teori linguistik strukturalis Saussure dan Jakobson. Ia mengantisipasi tema ‘konstruksi sosial realitas’ lewat bahasa, yang telah menjadi, paling tidak secara nominal, karakteristik dari banyak pendekatan terbaru dalam sosiologi. Dalam pandangan Bakhtin, wacana tidak mencerminkan dunia, namun membentuknya lewat pengucapan; pandangan umum bahwa seseorang menyandikan dan mengirimkan isi pikirannya lewat pesan, yang kemudian disandikan dan ditafsirkan oleh orang lain, tidak perlu sejalan dengan realitas diskursif. Sebaliknya, pengucapan tidak akan ada hingga mereka dikonstruksi antara orang-orang yang terorganisir secara sosial dimana hubungannya berada dalam kondisi bentuk dan transformasi yang permanen.
Frase ‘konstruksi sosial realitas’ sering ditafsirkan oleh sosiolog modern berdasarkan perspektif Kartesius, dimana masing-masing dari kita (sebagai subjek) mengkonstruksi dunia sosial kita (objek) menggunakan bahasa dan lambang lainnya sebagai alat operasional. Pendekatan dalam teori komunikasi yang dikenal sebagai interaksionisme simbolik adalah salah satu penafsiran subjek-objek instrumentalis demikian. Disertasi ini tidak menganut pandangan interaksionis simbolik.
Bakhtin menekankan dualitas takterkurangi dari pengucapan bermakna, sementara makna tidak berada dalam orang atau teks apapun tapi merupakan produk dari interaksi interlokutor dalam konteks sosial unik (Todorov, 1984; Morris, 1994; Dentith, 1995). Makna pada dasarnya berada di luar orang dan teks:
Bahkan pengucapan paling primitif yang dihasilkan oleh organisme individual, dari sudut pandang isinya, kepentingan dan maknanya, tersusun diluar organisme tersebut, dalam kondisi ekstraorganisme dalam relung sosial. Pengucapan karenanya merupakan produk dari interaksi sosial (Bakhtin, dikutip dalam Dentith, 1995:138).
Dalam teori pengucapan ini, bahasa tidak dijelaskan sebagai sebuah sistem namun sebagai sederetan peristiwa, dimana makna dan nilai dibuat sebagai hasil dari interaksi dan konteks sosial tertentu.
2. Buber
Filsafat Buber menjelaskan kontras antara resiprositas serempak dan mutualitas hubungan manusia (dialog) dan hubungan utilitarian yang dimodelkan dalam sisi ilmiah subjek dan objek (monolog). Sebagai teolog, Buber percaya bahwa agama lah menciptakan hubungan mutual antara manusia, namun filsafatnya penuh berisikan kemanusiaan yang mendalam selain visi spiritual. Buber menolak memisahkan religius dari sekuler, dan melihat misteri mendalam pada kreativitas sebagai karakteristik manusia dan juga ilahiah. Adalah kemanusiaannya pada pengamatannya mengenai hubungan pribadi dan kreativitas yang sangat berguna bagi tujuan kita sekarang.
Tujuan Buber dalam Dialogue (1929) adalah menggambarkan dan memperjelas prinsip dialogisnya, yang telah pada awalnya dibangun dalam karya yang lebih mistik berjudul I and Thou. Intuisi Buber pada dialog adalah bahwa hubunganlah yang menyusun ‘mutualitas aksi internal’(hal. 25). Gerakan dasar kehidupan dialog bergerak menuju lainnya. Keluar dari mutualitas ini adalah penciptaan kelompok komunikasi. Buber memahami bahwa ia berusaha menjelaskan sesuatu yang hampir tak terekspresikan dalam bahasa biasa. Ia melihat dialog sebagai sesuatu yang lebih mendasar daripada signifikansi lainnya:
Dialog manusia, karenanya, walaupun memiliki kehidupan berbeda dalam tanda, yaitu suara dan gerakan … dapat ada tanpa tanda, namun tidak diakui dalam bentuk yang dapat dipahami secara objektif. Di sisi lain, sebuah unsur komunikasi, betapapun internalnya, tampak merupakan milik esensinya … Kehidupan dialog tidak terbatas pada lalu lintas manusia satu sama lain; ia telah menunjukkan dirinya berhubungan dengan manusia satu sama lain yang hanya dapat disajikan dalam lalu lintasnya (Buber, 1961: 20-25).
Dialog diawali dengan ‘dimana kemanusiaan bermula’ (hal. 54):
Dialog bukanlah masalah kemewahan spiritual, ia adalah masalah penciptaan mahluk … Agar jelas maksudnya contohnya adalah seorang pekerja yang dapat mengalami hubungannya dengan mesin, bahkan hubungan ini dapat dipandang sebagai sebuah dialog, saat, misalnya, seorang kompositor memberi tahu kalau ia memahami suara gumam mesin sebagai “tersenyum pada saat karena membantunya mengatasi masalah dan kendala yang mengganggu dan menyakitinya, sehingga sekarang ia dapat bekerja dengan baik” (Buber, 1961:55-57).
Dialog adalah masalah penciptaan. Ia adalah masalah tindakan bersama. Ia bukan sesuatu yang terjadi pada satu partisipan saja, sebagaimana dijelaskan oleh teori transmisi monologis, namun sesuatu yang orang (semua orang, semua yang terlibat dalam dialog) lakukan – bahkan saat, seperti dijelaskan dalam kutipan sebelumnya, salah satu partisipan dapat berupa mesin – dan kita melakukan ini karena kita secara aktif (mungkin, seperti dalam kasus pekerja Buber, kadang sedang bermain-main) memberikan minat dan kepengarangan pada partisipan lainnya (Sless dan Shrensky, 1995). Mutualitas dan resiprositas dianggap sebagai kondisi a priori yang perlu untuk komunikasi.
Pemahaman Bakhtin pada komunikasi sebagai peristiwa dan pandangan Buber bahwa ia adalah prinsip dasar yang intisarinya adalah penciptaan hubungan manusia memberikan intuisi baru komunikasi yang jauh terlepas dari pandangan komunikasi instrumental sebagai alat yang kita gunakan untuk menyatakan gagasan kita. Sebaliknya, ia menjadi alat dimana gagasan dibuat.
3. Wittgenstein
Wittgenstein dalam Investigations menggeser penekanan dalam filsafat linguistik lepas dari pandangan bahasa sebagai sistem tanda formal, statis dan diperumum kepada pandangan bahasa dalam penggunaan pada konteks aktivitas sosial sehari-hari. Bahasa selalu menjadi fenomena publik; tidak ada yang namanya bahasa pribadi (hal. 241):
Ia adalah apa yang dikatakan manusia sebagai benar dan salah; dan mereka setuju dalam bahasa yang mereka gunakan. Ini bukan kesepakatan pendapat namun dalam bentuk kehidupan (hal. 241).
Yang dimaksud ‘bentuk kehidupan’ oleh Wittgenstein menurut penulis adalah sesuatu seperti aktivitas sosial bertujuan konvensional atau terikat aturan. Wittgenstein berpendapat bahwa makna kata-kata suatu bahasa tidak berada dalam objek yang dinamakan oleh kata tersebut, namun dalam bagaimana kata-kata tersebut digunakan dalam masyarakat linguistik: ‘Bahasa adalah sesuatu yang diucapkan’, seperti diekspresikan oleh Rush Rhees (1954:94) dalam artikelnya mengenai argumen bahasa privat.
Dalam bagian selanjutnya dari bab ini, penulis akan memberikan argumen-argumen yang lebih detil mengenai pemahaman penulis pada pendekatan Wittgenstein, dan bagaimana ia dapat sesuai dengan model komunikasi yang penulis kembangkan untuk komunikasi publik.
C. Unsur-Unsur Komunikasi Dialogis
Dalam disertasi ini, penulis mengadopsi sebuah ontologi komunikasi yang berbeda secara radikal dari teori dan praktek yang umum diikuti. Teori tradisional mereduksi komunikasi pada tiga unsur berbeda dan diskrit – pengirim, pesan dan penerima – dan menyatakan komunikasi sebagai pengiriman pesan (sebuah kognisi pra ada yang tersandikan dalam sistem tanda) dari pengirim (komunikator aktif dan asal pesan, sebagai pengarang atau teks) kepada penerima (tujuan pasif yang akan dipengaruhi pesan). Dalam pendekatan dialogis pada komunikasi yang penulis sarankan, komunikasi memiliki karakteristik sebagai berikut (akan dijelaskan secara detail di depan):
  • Bahasa dinyatakan sebagai sederetan peristiwa atau tindakan;
  • Hubungan antara gagasan dan dunia adalah resiprositas bersama;
  • Makna muncul sebagai produk interaksi dialektikal antara individu, atau antara individu dan teks;
  • Kognisi adalah produk komunikasi
dan seterusnya ….

Disertasi Terbaik Maret 2010: Penemuan Jalur Sinyal Ingatan

Dalam disertasinya di Universitas Umea, Swedia, Kristiina Kompus menunjukkan bahwa ingatan manusia diaktifkan secara spontan lewat beberapa cara. Kristiina menemukan bahwa jalur sinyal dan bagian otak yang terlibat saat kita mencoba untuk mengingat sesuatu, sepenuhnya berbeda dengan mengingat sesuatu secara seketika seperti saat mencium bau, melihat gambar, mendengarkan kata-kata pemicu.
Bayangkan anda diminta mengingat apa yang anda lakukan seminggu lalu. Anda mungkin harus melakukan tindakan metal yang cukup keras untuk memindai ingatan anda. Dalam kesempatan lain, sebuah aroma, gambar atau kata dapat seketika dan tak terduga memicu ingatan jelas mengenai sesuatu yang pernah terjadi. Sains masih belum cukup mengerti mengapa otak kadang secara otomatis memasok kita dengan ingatan yang tidak perlu lagi kita usahakan untuk diingat, sementara mengapa, di kesempatan lainnya, kita tidak dapat mengingat hal-hal tertentu walaupun kita berusaha keras untuk mengingatnya.


Studi yang dilakukan dalam disertasi Kristiina Kompus menunjukkan kalau kedua cara mengingat hal-hal ini dipicu oleh jalur sinyal yang berbeda di otak. Usaha untuk mengingat kembali ingatan tertentu berurusan dengan bagian atas frontal lobe. Menurut disertasi tersebut, daerah otak ini teraktivasi bukan hanya dalam hubungannya dengan usaha terkait ingatan namun juga dalam semua tipe usaha dan minat mental. Bagian otak ini tidak terlibat di awal proses yang tidak sengaja mengingat sesuatu sebagai respon pada stimuli luar. Justru, ingatan tersebut diaktifkan oleh sinyal-sinyal khusus dari bagian lain otak, yaitu yang berurusan dengan stimuli seperti bau, gambar dan kata. Sebelumnya ingatan demikian dianggap para ilmuan harus lebih jelas dan emosional; jika tidak ia tidak akan dapat diaktifkan dengan cara demikian. Namun disertasi Kristiina Kompus menunjukkan kalau hal ini tidak harus – ingatan tidak mesti bermuatan emosional untuk dapat dipanggil seketika dan tak terduga. Ingatan yang diperoleh secara spontan juga tidak mengaktifkan bagian lain otak lebih dari yang dilakukan model ingatan lainnya.
Studi ini juga mengungkapkan bahwa ingatan jangka panjang kita lebih fleksibel daripada yang diduga sebelumnya. Tidak hanya ada satu jalur sinyal syaraf yang bertugas untuk menarik ingatan lama namun ada beberapa jalur yang terpisah secara anatomis. Penemuan ini penting karena ia membantu kita memahami bagaimana kita dapat membantu orang yang mengalami kesulitan dalam mengingat, tidak peduli apakah akibat penuaan atau karena gangguan otak. Ia juga dapat membantu orang yang dihantui oleh ingatan buruk dari masa lalunya. Hal ini dapat terjadi setelah pengalaman traumatis dan juga dapat terjadi akibat depresi.
Disertasi ini menggunakan kombinasi dua metode pencitraan otak: pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) dan elektroensepalografi (EEG). Kedua metode memberi informasi berbeda mengenai fungsi otak. Dengan mengkombinasikannya, Kristina Kompus mampu menentukan bagian otak mana yang aktif dan bagaimana aktivasi berlangsung dalam selang waktu yang sangat singkat, dalam ordo seperseribu detik saja.

Disertasi Terbaik Mei 2010 : Kondisi Komunikasi Perawat dan Pasien Masalah Gigi dan Kulit yang Buruk

Masalah-masalah yang dihadapi pasien saat kondisi dental atau kulit sering dipandang berbeda oleh perawat. Hal ini ditunjukkan dalam disertasi Francesca Sampogna, seorang peneliti epidemiologi dari Istituto Dermopatico dell'Immacolata di Roma.
“Untuk membatasi masalah ini, arah khusus dalam komunikasi harus dimasukkan dalam pelatihan personil keperawatan,” kata beliau. Ia mempertahankan disertasinya berjudul Kualitas Kehidupan dan Penanganan Penderitaan oleh Perawat dan Pasien dalam Kondisi Oral dan Kulit di Fakultas Odontologi, Universitas Malmo.
Diperlukan komunikasi yang baik agar perawat memahami masalah pasiennya sementara disaat bersamaan memberi tahu pasien mengenai kondisi mereka. Dalam disertasinya, Fransesca Sampogna menyelidiki bagaimana perawat memandang situasi psikososial pasien karena kondisi kulit atau gigi. Salah satu temuannya adalah dermatologis sering mengabaikan kemunculan rasa takut dan depresi pada pasien mereka.
“Saya yakin hal ini merupakan hasil komunikasi yang buruk dengan pasien, namun juga berdasarkan fakta bahwa dokter hanya melihat pada situasi klinis. Di saat yang sama, saya sadar kalau tidaklah mudah mengevaluasi status mental pasien dalam hanya beberapa menit, namun bahkan dalam waktu terbatas, seorang dokter harus mampu menciptakan dialog dengan pasiennya untuk mendapatkan petunjuk bagaimana kondisi tersebut mempengaruhi kehidupan psikososial pasien.”


Dua studi dalam disertasinya berurusan dengan pasien dengan kondisi dental. Hasilnya menunjukkan kalau dokter gigi memiliki kecenderungan mengabaikan kualitas hidup pasiennya. Ini artinya secara umum status kesehatan gigi pasien tidak harus memiliki pengaruh negatif demikian pada kualitas hidup sebagaimana dipercaya dokter gigi.
“Ini penemuan menarik, dan saya percaya sebagian penjelasan dapat ditemukan dalam perbedaan dalam bagaimana pasien dan dokter gigi atau perawat gigi memandang situasinya. Bagi pasien, kondisi gigi, walaupun mungkin serius, hanyalah satu dari banyak komponen hidupnya, sementara penyedia pengetahuan perawat pada kondisi ini dapat membawa mereka pada pengabaian bagaimana pasien terpengaruh olehnya.”
Studi keempat menyelidiki bagaimana dokter gigi dan pasien memandang keparahan kondisi dalam kasus masalah selaput lendir mulut di rongga mulut. Penemuan menunjukkan perbedaan besar antara kedua kelompok, dimana pasien memandang masalah mereka jauh lebih besar daripada dokter gigi.
“Saat membahas tentang masalah gigi dan kulit, tampaknya seringkali staff baik itu dokter maupun perawat tidak memandang situasi psikososial pasien mereka dan tidak setuju dengan pandangan pasien.”
Dalam disertasinya, Francesca Sampogna telah menunjukkan pentingnya komunikasi yang baik antara pasien dan staff untuk memahami apa kebutuhan khusus sang pasien.
“Perbedaan yang saya temukan dalam studi-studi saya adalah tanda adanya masalah komunikasi. Karenanya, arah komunikasi khusus harus dimasukkan dalam pelatihan penyedia kesehatan dan menjadi bagian dari pendidikan berkelanjutan,” kata beliau.

Contoh Bab Empat Disertasi Pendidikan

A. Pendahuluan
Dalam bab ini, keempat guru honorer yang berpartisipasi dalam studi diperkenalkan dan data yang dikumpulkan dari wawancara dan entri jurnal disajikan. Data disajikan bukan dalam bentuk daftar atau tabulasi namun dalam bentuk narasi cerita negosiasi jalur efikasi profesional. Kisah-kisah yang diambil dari data dalam wawancara dan jurnal guru (lihat Bab Tiga: Halaman 51) ditulis dalam sudut pandang orang ketiga. Walau begitu, kisah-kisah ini sering mengandung kutipan panjang yang diambil langsung dari wawancara dan jurnal dalam usaha untuk menekankan pentingnya persepsi pengalaman sebagaimana yang diekspresikan oleh guru honorer. Guru honorer dirujuk sebagai narator kisah untuk menggariskan bahwa ini adalah kisah mereka yang sedang diceritakan. Format cerita untuk penyajian data dipilih sebagai usaha untuk mendekati semangat “pengalaman langsung” yang intens (Clandinin dan Connely, 2000:128) yang ada dalam semua narasi guru honorer. Kisah dari tiap guru honorer/narator diceritakan dalam dua bagian.
  • Bagian Satu mengenai hal-hal dan pengalaman yang mempengaruhi guru honorer dan reaksi mereka pada praktek mengajar.
  • Bagian Dua mengenai hubungan pengalaman tersebut dengan perkembangan pengetahuan dan naluri efikasi profesional.
Walau tidak diceritakan secara tepat berurutan, penyusunan kembali episode-episode dan peristiwa-peristiwa dari semua data dari tiap guru honorer, kisahnya dapat disusun dalam bentuk kronologis. Di akhir Bagian Satu adalah sebuah gambar yang mengilustrasikan proses konstruksi keyakinan dan teori privat dari kolisi yang dialami narator. Pada akhir Bagian Dua adalah gambar yang mengilustrasikan hubungan pengalaman guru honorer pada perkembangan naluri efikasi profesional mereka.
Pada Bagian Satu, kisah-kisah yang berhubungan dengan narator yang tiba pada keputusan untuk menjadi guru (masing-masing kisah diberi subjudul dengan pernyataan “misi” yang dikutip langsung (Korthagen, 2004; ditelusuri November 2004) dan kemudian seperti apa rasanya di ruang kelas. Dalam peristiwa-peristiwa yang telah mereka pilih untuk ceritakan dan jelaskan, pengalaman-pengalaman yang berkesan dan menggerakkan guru honorer diperjelas dan di analisa. Analisis dan penafsiran (diambil dengan metode analitik tiga kluster) dari peran signifikan pengalaman menemani deskripsi peristiwa – sehingga data dan analisis data serentak disajikan dalam cerita. Pengungkapan tiap kisah mengikuti pola yang kurang lebih sama dalam menekankan pengembangan pengetahuan yang disajikan sebagai keyakinan individual dan teori privat guru honorer.
Pola ini pada awalnya muncul saat penyandian dan penyandian ulang jam-jam wawancara dan entri jurnal. Dalam satu dari banyak bacaan data, gambaran jelas “kolisi” (tabrakan tidak sengaja dari perilaku dan peristiwa) mendadak menangkap apa yang tampaknya terjadi dalam kehidupan semua guru honorer. Analisa ulang data kembali dengan bantuan penemuan gambaran baru ini mengungkapkan barisan sejajar perkembangan keyakinan dan teori privat. Pada awalnya, kolisi dikategorikan secara umum sebagai “latar belakang pribadi” “profesional” dan “universitas”. Walau demikian, setelah pemeriksaan lebih jauh, masing-masing guru honorer tampaknya telah mengalami kolisi yang unik dalam kategori tersebut yang mempengaruhi perkembangan keyakinan individual dan teori privat mereka. Dalam kisah-kisah tersebut, penafsiran keyakinan (pernyataan pengetahuan abstrak universal) dan teori privat (pernyatan ringkas “Saya harus” atau “Saya mesti” yang tampak bertindak sebagai pemandu perilaku) kemudian diturunkan dari sebuah analisa peristiwa disekitar kolisi dan bahasa yang dipergunakan untuk menjelaskan kolisi tersebut. Masing-masing kisah diceritakan menggunakan bentuk pencitraan kolisi individual dan pernyataan keyakinan dan teori privatnya sebagai lambang sentral dan esensial dalam proses belajar menjadi guru yang efektif.
Seperti banyak peristiwa yang mungkin terjadi dalam kehidupan narator dan banyaknya hasil dari analisis yang mungkin disajikan dalam teori-teorinya. Walau begitu, ruang yang ada membatasi penulis untuk menyajikan setiap pengalaman atau hasil analisis. (Semua wawancara tersedia bila diminta.) Episode-episode yang tidak dipilih – seperti ketidak setujuan terisolasi dimana salah satu narator hadapi dengan seorang rekannya mengenai mood sang kolega yang mengganggu – tidak dimasukkan karena peristiwa ini tampaknya tidak memiliki indikasi yang penting dan merupakan hal yang terus terjadi dalam narasi. Insiden-insiden yang tidak berulang atau disebutkan hanya sedikit ditafsirkan sebagai yang kurang relevan dengan perkembangan naluri efikasi profesional. Begitu juga, citra terisolasi atau anomali struktural bahasa yang tidak sepertinya menjadi bagian dari pola umum seperti penggunaan istilah “bekerja terus sampai koma” oleh salah satu narator (Ros, 2009: Wawancara 1) dicatat dalam teks cerita. Di sisi lain dimana penafsiran didukung oleh lebih dari satu perangkat data – seperti tiga pernyataan yang menunjukkan satu tema – biasanya hanya satu insiden disebutkan dalam kisahnya untuk menghindari kesan persuasi yang berlebihan. Insiden atau pernyataan yang disajikan adalah yang telah terpilih atas keragaman ekspresinya dan atas penyajian khas kepribadian guru honorer – sebagai contoh dalam salah satu kisah narator tampaknya menekankan pentingnya sebuah insiden lewat sebuah “cerita pendek” yang sangat panjang yang juga menunjukkan afeksi dan kepeduliannya pada murid-muridnya. Gaya ekspresi individual dari tiap guru honorer menambah dalam dan menariknya cerita begitu pula menjadi elemen penting analisis.
Keempat guru honorer dalam bab ini dengan baik hati memberikan waktunya ditengah jadwal yang sangat menuntut untuk menceritakan pengalaman mereka dan kisah berkelanjutan mengenai bagaimana ia berubah dari pelajar menjadi pengajar. Alasan mereka untuk melakukan hal tersebut beragam. Masing-masing narator tertarik dalam menganalisa dan menawarkan saran untuk mengembangkan program penyetaraan guru untuk membantu mengembangkan dan memperbaiki komponen-komponennya bagi siswa selanjutnya. Lebih jauh, semua narator merencanakan pada suatu waktu akan melanjutkan studi mereka melebihi program penyetaraan dan tertarik dalam proses penelitian studi ini. Masing-masing ingin menyumbangkan kisahnya pada studi ini dan menekankan kesetujuan mereka dengan pentingnya tujuan penelitian. Mereka juga mengatakan bahwa dengan ikut serta pada penelitian ini, mereka meningkatkan pemahaman mereka sendiri mengenai pengalaman dari pelajar menjadi pengajar pula. Cukup membantu membicarakan mengenai apa yang terjadi pada diri mereka. Beberapa narator mengatakan bahwa mereka menikmati kesempatan mengungkapkan dan membahas peristiwa mengajar dengan orang luar yang tertarik dan tidak memihak. Salah satu narator mengatakan, “Anda membantu saya merefleksikan diri …” (Delima, 2009: Wawancara 2) dan yang lain mengatakan bahwa wawancara ini adalah “penyelamat hidup” (Lili, 2010: pertemuan informal seminar Oktober) dalam melalui masa-masa ragu. Semua narator tergerak oleh niat dan keseriusan dari analisis yang panjang dan detil dari kata-kata yang mereka ucapkan secara spontan dan memperhatikan dengan seksama penjelasan penafsiran persepsi mereka. Kisah-kisah mereka diceritakan dan ditulis dalam potongan-potongan lalu menjadi satu keseluruhan bagi mereka dan bagi penulis lewat proses analisis narasi.
Akhirnya, masing-masing guru honorer dalam kisah-kisah ini menggunakan pseudonim – nama sebuah bunga. Nama-nama bunga dipilih sebagai citra dari tiap narator karena kualitas kesegarannya – bersinar dan penting sekaligus baru dan tidak berpengalaman. Guru honorer, seperti bunga, mereka dinamakan atas kerapuhannya namun mengandung ketegaran yang membawanya melalui masa belajar untuk menjadi guru. Di Indonesia sendiri bunga adalah citra dominan – ada beribu ragam bunga (sebagian tidak dapat ditemukan di tempat lain di dunia ini) tumbuh di negara tropis ini. Seperti halnya ada banyak sekali bunga di taman, begitu juga ada banyak persepsi belajar menjadi pengajar disajikan dalam sejumlah besar cara.
B. Kisah Ros:
‘Saya ingin menjadi guru hebat yang bermakna bagi hidup anak.’
Ros ikut serta dalam program universitas di tahun pertama keberadaannya dari Januari hingga Desember 2009. Ia diwawancarai tujuh kali sepanjang tahun selalu di universitas setelah ia selesai mengajar di pagi hari dan kuliah atau menyelesaikan tugas kuliah di sore hari. Di malam hari ia akan bekerja di rumah untuk menyiapkan “tugas belajar” rencana pengajaran (DeKock dan Slabbert, 2004: 12) untuk besok harinya. Wawancara kedelapan dilakukan di sekolah dimana ia akan mengajar penuh setelah lulus. Karena tekanan jadwalnya yang sibuk, sesi wawancara masing-masing panjangnya sekitar 45 menit. Jurnal reflektifnya dibaca pada akhir masanya di kampus. Penulis mengunjunginya suatu pagi di sekolah pertama dimana ia ditugaskan mengajar. Ia dijelaskan dalam teks sebagai wanita muda tinggi dan menarik di awal usia dua puluhan. Bahasa ibunya bahasa Skeah namun kami melakukan wawancara dalam bahasa Indonesia. Ia mengatakan bahwa ia tidak malu dan tidak peduli mengenai isu kerahasiaan dalam wawancara. ‘Apa yang saya katakan kepada anda juga akan saya katakan pada orang lain …” (Ros, 2009: Wawancara 1).
Beliau menandatangani pernyataan kerahasiaan. (Lihat Lampiran I) Pada waktu wawancara ia telah tinggal dengan orang tuanya dan beberapa saudara di pinggiran kota dalam kompleks berpagar, tidak menikah dan tidak punya anak. Gaya berbicara Ros dalam wawancara hidup dan lancar dan member kesan seseorang dengan semangat dramatis. Analisis isi dan bahasa narasi beliau menggunakan metode kluster performatif, struktural dan sastra menunjukkan insidensi tinggi penggunaan bahasa figuratif dan presentasi tema, sedikit penggunaan wacana, makna situatif kata dan monolog interior dan hanya satu kesempatan episode kritis. Ros menjelaskan dirinya sebagai seorang ‘perfeksionis’ dan ‘pecinta organisasi’, ‘orang yang terstruktur’ namun dapat ‘terlalu emosional’ (Ros, 2009: Wawancara 5). Ia juga menjelaskan dirinya sebagai orang yang mandiri. “Saya sangat senang menjadi mandiri. Masalahnya … karena saya terlalu mandiri … (Ros, 2009: Wawancara 2). Sering saat kami bertemu ia tampak kelelahan dan teralihkan: “Ros tampaknya letih dan tidak bersemangat hari ini. Ada lingkaran hitam dibawah matanya” (Catatan lapangan, 8 Mei 2009). Walau begitu, dalam tiap pertemuan, kesan dominan dirinya adalah bahwa ia berniat menjadi guru dan sangat ingin memenuhi misinya sebagai “guru hebat (yang) sangat berarti bagi anak...” (Ros, 2009: Wawancara 2). Naluri determinasinya tidak pernah meninggalkan dirinya dan sesulit apapun masa itu bagianya, ia tidak pernah menyebutkan kalau ia berpikir akan berhenti kuliah.
Ros menghabiskan tahun praktikumnya di universitas dengan mengalami dan menunjukkan perasaan (dalam bahasa figuratif yang jelas) dari kebingungan hingga menjadi “malaikat” (Ros, 2009: Wawancara 1) dan “penonton” (Ros, 2009: Wawancara 2) “mimpi buruk” (Ros, 2009: Wawancara 2) dan “mukjizat” (Ros, 2009: Wawancara 1). Baginya itu adalah tahun yang ia sebut sebagai “kolisi”.
Saya benar-benar bertabrakan di tengah karena saya orang yang sangat sopan dan santun namun bekerja dengan anak-anak yang tidak punya sopan santun … Tabrakan yang nyata terjadi saat saya mencoba menyuruh mereka melakukan sesuatu namun mereka malah mengejek saya … (Ros, 2009: Wawancara 4).
Kisah Ros penuh dengan peristiwa kolisi dan keyakinan serta teori privat dari dalam kelas dan dari luar kelas. Sebagian keyakinan dan teori privatnya dibawakan dari pengalaman masa lalunya dan sebagian dikembangkan atau terungkap saat ia melalui pengalaman mengajar pertamanya.
Dari sejak awal kisah Ros menjadi seorang guru, citra “kolisi” dari satu hal atau lainnya adalah gaya yang berpengaruh dalam hidupnya. Sebagai contoh, keputusan Ros untuk menjadi guru berdasarkan pada kecintaannya dalam mengajar. “Saya senang menjelaskan sesuatu dan saya juga tipe tutor yang baik …” (Ros, 2009: Wawancara 1). Ia sering mengekspresikan keinginannya untuk membuat perbedaan dalam “skala besar” (Ros, 2009: Wawancara 1) lewat pengajarannya – sebuah tema yang sering terjadi berulang kali dalam narasinya. Walau begitu, komitmen Ros untuk menjadi guru tidak dipandang ringan. Ayahnya tidak setuju atas pilihannya untuk menjadikan guru sebagai sebuah profesi.
Ayah saya tidak ingin saya mengajar. Ia seorang akuntan dan mengatakan bahwa mengajar tidak menghasilkan uang. Namun saya menyukai apa yang saya lakukan … (Ros, 2009: Wawancara 1).
Ia menceritakan masa kecilnya sebagai masa yang “sangat indah” (Ros, 2009: Wawancara 2) jadi untuk menyenangkan hati ayahnya ia mengambil kuliah S1 di bidang psikologi, menghabiskan beberapa tahun di luar daerah dan mencoba mengambil pekerjaan yang mewah dan menghasilkan (Ros, 2009: Wawancara 1). Dalam apa yang dapat disebut sebagai “episode kritis” (Elbaz, 1991:17), ia mengatakan :
Dan seterusnya …..



Tuesday, February 1, 2011

Contoh Bab Pendahuluan Disertasi Manajemen Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Di awal tahun 1950an, croaker bertubuh besar (Sciaenidae) yang disebut Bahaba china (Bahaba taipingensis), endemik di daerah ini, umum ditemukan sepanjang pesisir Laut China Selatan dan Timur (Gambar 1.1). Gelembung renangnya bernilai sebagai tonik dalam pengobatan tradisional China. Selama masa melimpah di muara-muara utama, nelayan lokal menangkap penumpukan bahaba menggunakan seines kantong artisanal dan jaring insang. Tangkapan lebih dari satu ton per angkat umum ditemukan dan individu dengan berat lebih dari 50 kg tidak jarang didapat. Perkiraan tidak langsung tangkapan tahunan dari Hong Kong lebih dari 50 ton per tahun di tahun 1940an (Sadovy dan Cheung, 2003). Walau begitu, di tahun 2000an, hanya beberapa individu per tahun yang tertangkap sepanjang seluruh pesisir China. Spesies ini sekarang terdaftar sebagai spesies “langka kritis” dalam Daftar Merah Spesies Terancam Punah IUCN (Baillie et al, 2004). Kisah ikan lainnya yang terancam oleh eksploitasi perikanan telah didokumentasikan pula, seperti common skate (Raja batis) di Laut Utara (Brander, 1981), grouper Nassau (Epinephelus striatus) di Karibia (Sadovy, 1993; Sala et al, 2001; Sadovy, 2005), dan wrasse kapala bungkuk di daerah Indo-Pasifik (Sadovy et al, 2003).
Eksploitasi samudera telah meningkat dengan cepat dalam dekade ini dan perikanan menjadi bentuk utama penggunaan langsungnya (Pauly et al, 2002). Berdasarkan statistik perikanan yang dikumpulkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), pendaratan total yang dilaporkan dari laut meningkat dari kurang dari 20 hingga lebih dari 82 juta ton dari tahun 1950 hingga tahun 2000an. Bila tangkapan yang dibuang, ilegal, tidak dilaporkan dan tidak diatur juga dimasukkan, tangkapan global menanjak hingga hampir 150 juta ton pada akhir 1980an, yang kemudian menurun secara perlahan (Pauly et al, 2002). Tahun 2003, sekitar seperempat stok yang diawasi oleh FAO dikatakan dieksploitasi rendah (3 persen) atau menengah (21 persen). 52 persen dieksploitasi penuh (produksi dekat pada batas keberlanjutan maksimumnya), sementara sekitar seperempat lainnya dieksploitasi berlebihan (16 persen), menuju habis (7 persen) atau pulih dari hampir habis (1 persen). Hal ini mewakili peningkatan proporsi stok yang eksploitasi berlebihan atau mulai habis dari sekitar 10 persen di pertengahan 1970an menjadi hampir 25 persen di awal 2003 (FAO, 2004).
Gambar 1.1. Sebuah spesimen Bahaba taipingensis (> 2m) tertangkap 30 Desember 1993 di pesisir Teluk Castle Peak, Hong Kong barat, oleh penangkapan trawler secara tidak sengaja. Foto aslinya diterbitkan dalam Sadovy dan Cheung (2003).
1.1 Penangkapan sebagai ancaman konservasi utama ikan laut
Keruntuhan stok perikanan utama dan langkanya sejumlah ikan laut menyarankan bahwa spesies kelautan rentang pada penyusutan ekstrim, atau bahkan kepunahan, yang dihasilkan langsung atau tidak langsung dari penangkapan (Roberts dan Hawkins, 1999; Powles et al, 2000; Dulvy et al, 2003; Sadovy dan Cheung, 2003). Sementara mayoritas sumberdaya perikanan dunia dieksploitasi sepenuhnya dan berlebihan (Pauly et al, 2002; Hilborn et al, 2004a), penangkapan dipandang sebagai ancaman pelestarian utama ikan laut (Reynolds et al, 2001; Dulvy et al, 2003). Sejajar dengan skala penangkapan yang meningkat, kelimpahan banyak ikan laut telah menurun secara besar-besaran di penjuru dunia dalam lima dekade terakhir. Di Atlantik Utara, ikan tingkat trofik tinggi telah menurun dua pertiganya sejak tahun 1950an (Christensen et al, 2003). Selama 50 tahun terakhir, populasi anakan dari populasi ikan laut dari penjuru dunia menurun pada median 65%, dengan lebih 28 populasi yang menurun lebih dari 80% (Hutchings dan Reynolds, 2004; Reynolds et al, 2005a). Spesies penting komersial dapat diturunkan hingga tingkat rentan karena nilai ekonomisnya, misalnya Bahaba China (Bahaba taipingensis, Scianidae) (Sadovy dan Cheung, 2003), Tuna sirip biru selatan (Thunnus maccoyii, Scombridae) (Hayes, 1997). Walau begitu, spesies dengan nilai komersial rendah atau tidak memiliki nilai komersial tidak aman dari ancaman penangkapan karena spesies non target dapat terancam lewat penangkapan (misalnya Common skate, Raja batis, Rajiidae, Brander 1981; Barndoor skate, Raja laevis, Rajiidae, Casey dan Myers, 1998). Lebih jauh, aktivitas penangkapan dapat menciptakan gangguan dan kerusakan besar habitat bentik (Jennings et al. 2001; Kaiser et al. 2002; Kaiser et al. 2003). Penurunan dan kepunahan dapat berasosiasi dengan kehilangan habitat mendasar yang kritis untuk melengkapi siklus hidup spesies (McDowall 1992; Watling dan Norse 1998).
Penangkapan dapat juga menyebabkan hilangnya keanekaragaman genetik (Law, 2000). Sebagian populasi snapper Selandia Baru (Pagrus auratus, Hauser et al, 2002) dan kod Atlantik (Gadus morhua, Hutchinson et al, 2003) menunjukkan penurunan signifikan dalam keanekaragaman genetik selama sejarah eksploitasinya. Selain itu, ukuran populasi efektif menentukan sifat genetik sebuah populasi sekitar seperlima dari ukuran populasi sensus (kelimpahan total perkiraan) dalam beberapa populasi ikan yang dieksploitasi (Hauser et al. 2002; Hutchinson et al. 2003; Hoarau et al. 2004). Ukuran populasi efektif yang rendah dapat menghasilkan saling kawin dalam populasi dan hilangnya keanekaragaman genetik (Hauser et al. 2002; Hutchinson et al. 2003; Hoarau et al. 2004). Karenanya, diperlukan pengawasan dan pengaturan keanekaragaman genetik dari populasi laut yang dieksploitasi (Kenchington et al. 2003).
Hilangnya keanekaragaman hayati dapat langsung atau tidak langsung mempengaruhi fungsi ekosistem (Loreau et al. 2001; Worm & Duffy 2003; Worm et al. 2006). Pembuangan spesies kunci yang mencakup spesies yang kritis pada fungsi ekologis pada komunitas atau habitat dalam keadaan asal mereka (Zacharias dan Roff 2001), dapat menghasilkan pergeseran keadaan dalam ekosistem laut. Sebagai contoh, pembuangan berang-berang laut di Kepulauan Aleutian menghasilkan ekspansi populasi teripang yang segera menghabiskan ganggang besar berdaging seperti kelp dan mempengaruhi komunitas yang berkaitan (Tegner dan Dayton 2000; Jackson et al. 2001). Di sisi lain, penyusutan pemakan ganggang seperti ikan kakaktua membawa pada pertumbuhan ganggang besar-besaran pada permukaan karang yang sangat mempengaruhi ekosistem terumbu karang (Bellwood et al. 2004). Sebagian penelitian menyarankan bahwa keanekaragaman hayati berkorelasi secara positif dengan fungsi ekosistem (Tilman et al. 1997; Symstad et al. 1998; Worm et al. 2006), dan stabilitas serta resiliensi ekosistem (Tilman dan Downing 1994; Tilman 1996; Scheffer et al. 2001). Hal ini didukung oleh meta analisis data yang menunjukkan korelasi signifikan antara keanekaragaman hayati laut dan fungsi ekosistem (Worm et al. 2006). Jadi, secara umum disepakati bahwa kekayaan spesies yang tinggi diperlukan untuk mempertahankan stabilitas proses ekosistem melawan variabilitas lingkungan (Loreau et al. 2001).
1.2 Ikan laut mungkin rentan punah
Ada keyakinan umum di masa lalu bahwa ikan laut tidak akan dapat punah karena satu ekor betina dapat menghasilkan jutaan telur dan memiliki jangkauan geografis yang besar. Walaupun disadari bahwa elasmobranchiata (hiu dan pari) rentan punah karena sejarah hidup dan ekologinya (Smith et al. 1998; Stevens 1999; Stevens et al. 2000), banyak ikan yang masih dipandang tidak dapat habis oleh sebagian. Persepsi demikian bertahan semenjak Jean Baptiste de Lamarck menyatakan di awal abad ke-19 bahwa:
‘Hewan yang hidup di air, khususnya air laut, terlindungi dari kehancuran spesies mereka oleh manusia. Penggandaannya sangat cepat dan sifatnya untuk menghindari perangkap dan kejaran begitu baik sehingga tidak ada kemungkinan untuk menghancurkan seluruh spesies hewan ini’ (Lamarck 1809, dicetak ulang tahun 1984).
Ini berarti sejumlah kecil individu dewasa tetap ada di samudera dan dapat mengisi laut dengan ikan secara cepat, dengan asumsi bahwa sebagian besar telur dapat berkembang menjadi ikan dewasa kembali dalam beberapa tahun kemudian. Selain itu, ikan laut juga secara umum memiliki jangkauan geografis luas dan menghasilkan telur pelagis yang dapat mengambang bersama arus samudera. Karenanya populasi ‘entah dimana’ dapat selalu mengkolonisasi kembali daerah penyusutan lokal.
Miskonsepsi bahwa ikan yang bertelur sangat banyak (yaitu mayoritas teleost) resilien terhadap penangkapan (kemampuan populasi untuk pulih) telah dipelajari dengan serius dan sebagian besar telah berhasil disanggah (Sadovy 2001; Dulvy et al. 2003). Ikan bertelur banyak tidak sama dengan resilien pada penangkapan (kemampuan populasi pulih setelah menyusut akibat penangkapan). Resiliensi sangat tergantung pada kemampuan bertahan hidup dari kondisi telur menuju dewasa, bukannya kelimpahan per se (Sadovy, 2001). Ikan yang menghasilkan jutaan telur sekaligus biasanya memiliki strategi ‘lindung-taruh’ dimana produksi sejumlah besar telur di evolusikan untuk mengkompensasi kelangsungan hidup yang rendah dari telur menuju dewasa (Phillipi dan Seger 1989). Teori sejarah hidup memprediksikan bahwa ikan (dan vertebrata lainnya) yang berukuran besar (umumnya teleost bertelur banyak) dan lamban menjadi dewasa memiliki tingkat peningkatan populasi intrinsik (r) yang rendah (Smith et al. 1998; Musick 1999b; Reynolds et al. 2001). Hewan dengan r rendah memiliki kemampuan pulih yang rendah setelah pengurangan populasi, dan karenanya resiliensi rendah pada penangkapan. Ada contoh-contoh ikan bertelur banyak yang menjadi langka akibat penangkapan, misalnya bahaba China (Sadovy dan Cheung, 2003), grouper Nassau (Epinephelus striatus) (Sadovy 1993; Sala et al. 2001) dan wrasse kepala bungkuk (Cheilinus undulates) (Sadovy et al. 2003). Hubungan antara sejarah hidup ikan dan kerentanannya pada penangkapan akan dijelajahi lebih jauh secara detil nanti.
Jangkauan geografis yang besar tidak menawarkan banyak perlindungan ikan dari ancaman penangkapan (Dulvy dan Reynolds 2002; Dulvy et al. 2003; Reynolds et al. 2005a). Studi genetik menyarankan bahwa persebaran telur dan larva pelagis dapat terbatasi (Swearer et al. 1999; Cowen et al. 2000). Selain itu, aktivitas penangkapan skala besar telah menyebar ke sebagian besar bagian samudera dan hanya ada beberapa tempat pengungsian ikan saja yang tersisa (Pauly et al. 2002; Pauly et al. 2005). Karenanya, ikan dengan jumlah telur banyak dan jangkauan geografis besar tidak dapat dianggap resilien atau tidak rentan.
Penangkapan dipandang sebagai ancaman kelestarian ikan laut hanya beberapa tahun belakangan (Powles et al. 2000). Faktanya, apakah penyusutan populasi ikan oleh penangkapan dapat dipandang sebagai masalah konservasi murni masih menjadi perdebatan para ilmuan perikanan dan biologiwan pelestarian (Carlton et al. 1999; Mace dan Hudson 1999; Powles et al. 2000; Hutchings 2001). Sebagai contoh, penilaian stok perikanan konvensional berdasarkan model produksi surplus sederhana menyarankan tangkapan keseimbangan maksimum dari sebuah populasi dapat dicapai dengan mengurangi kelimpahan stok hingga level dekat dengan separuh ukuran stok yang tidak dieksploitasi – tingkat penurunan (dalam bingkai-waktu tertentu) yang dapat jatuh pada kategori rentan dalam kriteria Daftar Merah IUCN. Daftar Merah IUCN yang dikelola oleh Uni Konservasi Dunia (WCU), diterima luas sebagai otoritas untuk menentukan resiko kepunahan hewan dan tanaman (Rodrigues et al. 2006), walaupun validitasnya untuk ikan laut masih dipertanyakan (Punt 2000; Reynolds et al. 2005a). Untuk memecahkan masalah ini, IUCN memasukkan threshold penurunan yang lebih tinggi untuk spesies dimana ‘penyebab penurunan ukuran populasinya jelas dapat dibalikkan, dan dipahami serta telah hilang’ (IUCN 2001). Walau begitu, bahkan bila penyebab pengurangan populasi dapat balik dan dipahami serta kebijakan manajemen telah diterapkan, populasi yang menyusut masih dapat untuk tidak mampu pulih (Hutchings 2000; Hutchings dan Reynolds 2004).
Dan seterusnya ….

Contoh Topik Disertasi Pendidikan Biologi

  1. Pemikiran mengenai landasan konseptual ilmu biologi
  2. Model untuk penggunaan cadangan konsep sebagai piranti untuk penugasan siswa dan perkembangan profesionalisme guru
  3. Pengajaran biologi matematis pada fakultas perikanan sarjana
  4. Penggunaan kemelekan kritis untuk mengeksplorasi genetika dan isu etis, hukum dan sosialnya dengan guru SMP
  5. Mempertahankan inovasi di masa krisis ekonomi
  6. Fokus pengajaran biologi umum mahasiswa sarjana pada keahlian kognitif tingkat rendah
  7. Pengembangan kerangka dan perangkat konseptual untuk penugasan penggunaan prinsipil model-model dalam biologi seluler pada mahasiswa s1
  8. Inkuiri berpusat pembelajar dalam biologi sarjana dan hubungannya dengan prestasi mahasiswa jangka panjang
  9. Strategi belajar sebelum kuliah dan hubungannya dengan peningkatan hasil belajar pada kelas biologi dasar besar
  10. Seberapa akurat kah penilaian oleh teman?
  11. Belajar terfasilitasi dalam kelas kuliah besar: Pengujian pendekatan tim mengajar pada belajar bersama
  12. Penggunaan penemuan untuk mengubah bagaimana siswa mengatasi masalah
  13. Latihan berbasis inkuiri multi bagian untuk pengajaran proses filogeni dan sistematika molekuler
  14. Persepsi fakultas dan metodologi efektif untuk pengajaran proses sains
  15. Integrasi informasi dan keberaksaraan ilmiah untuk memperkenalkan keberaksaraan pada mahasiswa sarjana
  16. Triad fakultas-pasca sarjana-sarjana: fungsi unik dan ketegangan dan hubungannya dengan pengalaman penelitian mahasiswa sarjana pada universitas penelitian
  17. Tantangan pendidikan sains kehidupan molekuler: karakteristik dan implikasi untuk pendidikan dan penelitian
  18. Bagaimana pendekatan mahasiswa biologi dan non biologi dalam mempelajari genetika
  19. Perbandingan pandangan sifat sains antara mahasiswa mipa dan non mipa
  20. Kemitraan pendidikan genomik: integrasi penelitian pada kelas laboratorium pada berbagai lembaga pendidikan tinggi
  21. Peningkatan sains fisik, matematika dan lintas disiplin dalam program biologi mahasiswa lewat Kimia fisik
  22. Kombinasi model genggam dan program pencitraan komputer untuk membantu siswa menjawab pertanyaan lisan mengenai struktur dan fungsi molekul: penyelidikan belajar siswa terkontrol
  23. Pengaruh minimal prasyarat kimia organik pada kinerja mahasiswa dalam mata kuliah biokimia dasar
  24. Pendekatan inkuiri untuk meningkatkan belajar mahasiswa dalam laboratorium mengajar
  25. Intervensi SMA untuk biologi influenza dan epidemik/pandemik: pengaruh pemahaman konseptual remaja
  26. Evaluasi redesain mata kuliah biologi sel
  27. Sel punca dan masyarakat: mata kuliah yang membahas persimpangan antara sains, agama dan hukum
  28. Integrasi biologi kuantitatif dan biologi matematika serta matematika biologi
  29. Bioinformatika dan kurikulum sarjana
  30. Perkenalan BioMaPS untuk pengajaran
  31. Model transformatif untuk pendidikan biologi kuantitatif mahasiswa
  32. Matematika, termodinamika dan pemodelan untuk menilai sepuluh miskonsepsi umum mengenai struktur, lipatan dan stabilitas protein
  33. Mempersiapkan guru untuk menghubungkan biologi dan matematika

Contoh Topik Disertasi Ilmu Hukum

  1. Pemerintah versus Ombudsman: Apa peran judicial review?
  2. Proporsionalitas bukan prasumsi
  3. Pembuangan diluar pengadilan (diluar pandangan)
  4. Pengabaian dan pembelaan dengan keahlian khusus
  5. Mesothelioma dan resiko yang dijelaskan dalam sidang tuntutan
  6. Siapa yang membayar untuk pengabaian sub kontraktor? Liabilitas biasa dan liabilitas untuk aktivitas sangat berbahaya
  7. Apakah saya dikelabui oleh tetangga saya yang pemabuk?
  8. Membuat keputusan disaat terganggu secara emosional karena pers
  9. Tuntutan bank di mahkamah agung
  10. Sifat kontraktual reasuransi
  11. Injungsi anti tuntutan dan klausa jurisdiksi non eksklusif
  12. Identifikasi uang pada hukum publik
  13. Subrogasi, akuntansi dan pengayaan yang tidak adil
  14. Penugasan maya dan utusan pengasingan sewa rumah
  15. Pre-nups, otonomi pribadi dan paternalisme
  16. Hari yang baik dan peringatan lisan untuk Pemerintah
  17. Jaksa Bao yang terlambat muncul
  18. Menafsirkan konsep baru dengar pendapat
  19. Hukum pidana hanya nama: Pembahasan sifat dan tujuan draft revisi KUHP
  20. Jurisdiksi peradilan untuk membatasi kreditor dari menyajikan petisi sirkuler dalam keberadaan lintas klaim
  21. Bersikap defensif terhadap pengabaian polisi: prinsip Hill, hak asasi manusia dan pengadilan agama ideal
  22. Pendekatan sepanjangan lengan – kembalinya modal yang tidak wajar
  23. Obat-obatan, kesalahan dan pembantaian: kombinasi kriminal?
  24. Prinsip, proses dan masalah Rekusal judisial
  25. Dasar-dasar Ekonomi hukum
  26. Pasal ketenagakerjaan dan kebijakan publik
  27. Kemajuan dalam hukum hak milik intelektual Indonesia
  28. Tugas konstitusional, diskresi administratif dan hak-hak sipil
  29. Mahkamah agung baru Indonesia, perpisahan antara kekuatan dan perangkat anti terorisme
  30. Pertanyaan mengenai keimanan
  31. Hak hidup keluarga dalam kasus ekstradisi
  32. Pengadilan yang adil dan jaminan penangkapan
  33. Penyebab: Apakah adil?

Memilih Topik untuk Disertasi Pertanian

Bagaimana kedengarannya disertasi pertanian bagi anda? Tentu saja anda mungkin tahu bagian dasar menulis sebuah disertasi namun apakah anda memiliki gagasan topik apa yang harus digunakan untuk disertasi anda? Biarkan kami memberikan beberapa tip mengenai bagaimana memilih topik makalah penelitian.
Pertama, anda perlu menentukan rentang minat yang akrab dengan anda. Dalam disertasi pertanian, ada banyak topik yang mungkin untuk dipilih. Penting kalau anda memiliki cukup pengetahuan mengenai topiknya sehingga anda dapat dengan mudah memanifestasikan kredibilitas anda dalam makalahnya.
Kedua, menulis disertasi melibatkan banyak parameter penelitian. Ada metode tertentu yang anda perlukan untuk mendapatkan hasil penelitian yang handal. Untuk topik pertanian anda, pastikan kalau anda memiliki subjek yang dapat diteliti. Ini artinya memungkinkan bagi anda untuk memakai metode penelitian dan menerapkannya pada subjek.
Ketiga, struktur disertasi dapat disadari memiliki topik yang signifikan. Selalu bagus bila anda dapat memperbaiki pentingnya membahas minat topik. Dengan hal ini, anda akan mampu memperoleh hasil yang relevan pada pembaca anda.
Disertasi pertanian tersedia dari kami. Anda dapat segera memperoleh dokumen contoh yang akan membantu anda mempertahankan pilihan topik. Namun bila anda membutuhkan bantuan menulis, penulis kami juga dapat menyediakan anda bantuan yang anda cari. Cukup hubungi penulisdisertasi@gmail.com untuk mendapatkan bantuan yang anda butuhkan.