Thursday, March 3, 2011

Bab v disertasi : Kerangka Konseptual, Desain dan Metode Penelitian

PENDAHULUAN
Tujuan bab ini adalah menjelaskan dan membahas kerangka konseptual studi ini yang diadaptasi dari model efektivitas guru total Cheng dan Tsui (1998) untuk merefleksikan konteks pendidikan Indonesia dan database ASEAN yang tersedia, inklusif pada data provinsi, negara dan regional. Model Cheng dan Tsui mencakup komponen penting terkait kompetensi guru dan kinerja siswa, seperti konteks mengajar internal dan eksternal, karakteristik awal siswa dan pengalaman siswa. Model ini juga mencakup domain kognitif, afektif dan perilaku pada tiga tingkatan, tingkatan tersebut adalah sekolah, kelompok dan individu.
Kerangka konseptual itu seperti peta (Dewey, 1938:402) yang membantu peneliti mengarungi proses penelitian. Sebagian kerangka konseptual telah standar sementara yang lain harus dibuat atau diadaptasi dari teori.
Sebagai desain penelitian, sebuah studi sekunder pada data dari studi ASEAN dilakukan di Indonesia dan sejumlah negara ASEAN di tahun 2000 juga dijelaskan dan dibahas dalam bab ini. Kerangka konseptual dibahas dalam Bagian 5.1. Pembahasan ini dilanjutkan dengan garis besar pertanyaan penelitian di Bagian 5.2. Isu desain, khususnya sampling, instrumen dan prosedur kemudian disajikan di Bagian 5.3. Akhirnya, rencana analisa data dirangkum pada Bagian 5.3.6 dan rangkuman disajikan di Bagian 5.4.
5.1 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan dan mempelajari faktor-faktor utama yang berpengaruh pada kompetensi guru dan kinerja siswa kelas 6 dalam tes matematika dan membaca dalam studi ASEAN di Indonesia dan beberapa negara ASEAN lainnya. Bagian pertama studi menjelaskan kinerja guru dan kompetensi guru diukur oleh kinerja siswa di Indonesia dan beberapa negara ASEAN lainnya dalam tes matematika dan membaca. Analisis akan mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru dan siswa, seperti latar belakang siswa, kondisi sekolah, pendidikan orang tua, ketersediaan buku paket, dsb. Dalam bagian kedua studi ini, faktor-faktor kontekstual dijelajahi dan dianalisa terkait kompetensi guru, dalam usaha menemukan prediktor signifikan kompetensi guru di Indonesia dan negara ASEAN yang terpilih.
5.2 KERANGKA KONSEPTUAL
Untuk memahami kerangka konseptual dan meneruskan pembahasan dalam bab ini, penting untuk membedakan antara tiga konsep yang akan terus digunakan, yaitu kompeten, kompetensi dan kekompetensian, yang didefinisikan dibawah:
Kompetensi (competence) dapat dipandang sebagai masalah derajat. Kompeten adalah masalah kemampuan.
Kekompetenan (competency) didefinisikan sebagai apa yang guru ketahui, percaya atau dapat dilakukan, bukan dalam hal apa dimana guru mampu membuat siswa melakukan sesuatu. “Skill dalam manajemen kelas” merupakan kompetensi sementara “Kemampuan mengatur kelas” bukan kompetensi. Kompetensi tidak berbentuk jamak. Kompetensi hanya dapat ada atau tidak ada.
Kekompetensian (competencies) merujuk pada pengetahuan, skill dan keyakinan pada kemampuan guru (Medley, 1982: 1894).
Sebuah tinjauan literatur seperti dijelaskan dalam bab sebelumnya, telah membawa pada definisi kompetensi Tomlinson (1995:181), yaitu :
Kompetensi atau skill menunjukkan kemampuan yang kurang lebih konsisten untuk menyadari tujuan tertentu untuk mencapai hasil yang diinginkan. Seseorang yang kompeten mampu melakukan tindakan tertenu: orang demikian mampu melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Definisi Tomlinson telah diadaptasi untuk penelitian ini agar dapat dimasukkan dalam fokus penelitian dalam hal hasil khusus membaca dan matematika dengan cara berikut:
Kompetensi guru adalah kemampuan konsisten untuk menyadari tujuan tertentu untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam membaca dan matematika.
Banyak model efektivitas guru telah membantu penelitian ini. Seperti dijelaskan dalam Bab 3, dua model signifikan telah muncul, pertama adalah model Medley (1982) dan kedua model Cheng dan Tsui (1998), yang mengembangkan model Medley lebih jauh. Kerangka konseptual studi ini, diadaptasi dari Cheng dan Tsui (1998) dan akan disajikan dan dibahas dalam bagian berikutnya.
5.3 MODEL EFEKTIVITAS GURU TOTAL HASIL ADAPTASI
Seperti ditunjukkan dalam Bab 3, jelas setelah analisa kerangka mengenai efektivitas guru total yang telah ada, terdapat gap-gap nyata dalam literatur. Gap-gap ini telah dibahas dalam Bagian 3.4 di Bab 3, dan sekarang dibahas lebih lanjut dalam kereangka konseptual studi ini, yang merupakan model efektivitas guru total berdasarkan kedua model yang dibahas sebelumnya.
Dalam studi ini, istilah efektivitas guru merujuk pada hasil yang dicapai guru atau siswa dalam tes membaca dan matematika ASEAN. Model Cheng dan Tsui (1998) telah dimodifikasi dan diadaptasi sehingga mengkaitkannya dengan sistem pendidikan Asia dan konteks sosial dalam penelitian dan agar sejalan dengan data yang tersedia dalam studi ini. Gambar 5.1 mencerminkan perubahan-perubahan yang telah dilakukan pada model, yang akan dibahas selanjutnya.

Sumber: Diadaptasi dari Cheng dan Tsui, 1998
Gambar 5.1 Elemen-elemen kunci terkait dengan efektivitas guru
• Ketiga level “individual”,”kelompok”, dan “sekolah” diubah dan dinamai ulang sebagai level provinsi, nasional dan regional untuk mencerminkan database ASEAN yang ada.
• Model asli merujuk pada murid sebagai siswa. Untuk mencerminkan terminologi yang digunakan di Indonesia, semua label menggunakan kata ‘siswa’ dalam ilustrasi model diubah menjadi ‘murid.’ Sebagai contoh, label “lapisan pengalaman siswa” dan “hasil belajar siswa” diubah menjadi “lapisan pengalaman murid” dan “hasil belajar murid” untuk disesuaikan dengan kesepakatan bahasa di Indonesia.
• Karakteristik guru ditambahkan karena variasi karakteristik ini dalam konteks Indonesia dan keyakinan bahwa karakteristik ini mendasar untuk menjelaskan dan memahami kompetensi guru. Di luar Indonesia, karakteristik guru juga dirujuk dalam literatur sebagai variabel penting terkait dengan kinerja guru. Sebagai contoh, lihat Murphy (1993). Interaksi antara karakteristik guru dan pendidikan guru membawa pada kompetensi guru.
• Pelatihan guru ditambahkan karena ia merupakan komponen penting untuk kompetensi guru.
• Dalam model ini, konteks mengajar eksternal mencakup sekolah, perpustakaan sekolah, kepemimpinan, peran orang tua dan masyarakat, semuanya adalah faktor yang dapat memodifikasi atau meningkatkan konteks mengajar internal.
• Konteks mengajar internal terdiri dari hal-hal seperti buku paket dan perlengkapan, begitu juga waktu yang dihabiskan dalam mengerjakan tugas. Elemen-elemen demikian dapat mempengaruhi karakteristik murid awal dan akhirnya meningkatkan kinerja murid.
• Keterlibatan orang tua merujuk pada peran orang tua dalam memodifikasi konteks mengajar internal dan eksternal. Interaksi antara guru, orang tua dan masyarakat adalah aspek penting karena ia dapat menghasilkan modifikasi pada kondisi sekolah dan ruang kelas serta, sebagai hasilnya, meningkatkan kinerja murid.
Model adaptasi ini mencerminkan keyakinan kalau kompetensi guru adalah bagian dari efektivitas keseluruhan guru di dalam kelas. Model ini juga menunjukkan interaksi antara kompetensi dan komponen kunci lainnya yang berpuncak pada efektivitas guru. Lebih jauh, ia menunjukkan bagaimana lapisan-lapisan berbeda, yaitu kompetensi guru, kinerja guru, pengalaman murid dan hasil belajar murid, terkait dengan domain kognitif, afektif dan perilaku dalam tiga tingkatan, yaitu tingkat provinsi, nasional dan regional. Model ini sesuai dengan kerangka konseptual untuk penelitian ini karena ia mencerminkan sebagian besar variabel dan konsep yang tersedia dalam database ASEAN.
Informasi penting lainnya yang berpengaruh pada kinerja murid adalah karakteristik awal murid (gender, usia, status sosial, latar belakang), pelatihan guru, konteks mengajar internal (sarana dan prasarana ruang kelas, waktu mengerjakan tugas), konteks mengajar eksternal (fasilitas sekolah, gaji, kepemimpinan), dan karakteristik guru (jenis kelamin, usia, status sosial, latar belakang) juga dimasukkan dalam model.
Masing-masing lapisan dalam model ini sekarang akan dijelaskan dalam hal konteks dan hubungannya dengan komponen lainnya dalam model.
Lapisan kompetensi guru adalah kompetensi perilaku, afektif dan kognitif total guru pada tingkat provinsi, nasional dan regional. Lapisan ini mencerminkan mutu statis total guru (Cheng dan Tsui, 1998). Level kompetensi guru adalah salah satu faktor yang langsung mempengaruhi mutu mengajar dan karenanya kinerja murid. Untuk menerapkan metode progresif mengajar, metode yang membantu pembelajaran berpusat murid yang berbasis pada penemuan dan karenanya pada konstruksi pengetahuan oleh murid sendiri, guru harus memiliki pelatihan profesi dan level kompetensi dalam pengetahuan subjek (Shulman, 1986).
Lapisan kinerja guru adalah kinerja total guru dalam tiga domain pada tiga tingkatan. Ia mencerminkan mutu dinamis guru dalam proses mengajar. Hubungan antara kedua lapisan dapat diperantarai oleh pengaruh konteks mengajar eksternal (misalnya faktor organisasi, kepemimpinan dan lingkungan sekolah). Kinerja guru juga terkait dengan kompetensi profesional guru dan tingkat pengetahuan akademis yang mereka peroleh. Seperti telah dinyatakan oleh Ribeiro (1993, dikutip dalam Passos et al, 2000), tingkatan pengetahuan akademis yang tinggi mendasar bagi pelatihan guru profesional karena tidak mungkin melatih guru yang baik bila mereka tidak memiliki pengetahuan materi subjek yang mereka akan ajarkan. Kombinasi tingkat pengetahuan akademis guru yang tinggi dan pelatihan profesional tingkat tinggi menyediakan kondisi untuk kinerja guru yang tinggi (Shulman, 1986).
Lapisan pengalaman murid menyajikan pengalaman belajar total murid dalam tiga domain, yaitu kognitif, perilaku dan afektif pada level provinsi, nasional dan regional.
Lapisan hasil belajar murid mencermikan hasil belajar total murid dalam tiga domain pada tiga tingkatan. Hasil yang diharapkan ditentukan oleh kebutuhan kehidupan nyata yang relevan dan dibantu untuk memastikan integrasi pengetahuan, kompetensi dan orientasi yang diperlukan murid untuk menjadi warga negara masa depan yang kritis, kompeten dan bertanggung jawab.
Karakteristik murid awal (anteseden) adalah pengalaman, gender, usia, larar belakang, kepemilikan dan status sosial murid.
Konteks mengajar internal menyajikan perangkat dan peralatan ruang kelas, waktu yang tersedia untuk mengerjakan tugas, ukuran kelas dan buku paket di tiap ruang kelas.
Konteks mengajar eksternal menyajikan sumber daya sekolah secara total, kondisi sekolah, staff, sifat gaji yang ditawarkan, dan peran orang tua dan masyarakat. Peran orang tua dan masyarakat khususnya sangat penting, karena peran orang tua kritis bagi kinerja murid.
Karakteristik guru menyajikan usia, gender, kepemilikan, latar belakang, kondisi rumah tangga, pengetahuan, pengalaman dan pendekatan guru dalam tiga domain pada tingkatan provinsi, nasional dan regional.

No comments:

Post a Comment