09 March 2011

Contoh Bab VI disertasi Teknik Sipil : Hasil Penilaian

Bab ini mencakup hasil-hasil yang diperoleh untuk alternatif jalan dan rel PEIT, dalam tiap indikator kinerja. Hasilnya tidak terbatas pada komputasi akhir indikator kinerja, namun juga dikomplemenkan dengan penilaian pendahuluan aspek terkait indikator koresponden. Untuk tujuan ini, sebuah analisa graafis dengan presentasi peta kunci dan hasil perantara di ikut sertakan. Untuk tiap indikator kinerja, hasilnya dibagi antara alternatif PEIT jalan dan rel.
6.1 Efisiensi
Penilaian efisiensi dimulai dengan analisa keseluruhan pola aksesibilitas dalam alternatif tidak melakukan apapun dan PEIT. Tujuan penilaian ‘awal’ ini adalah menjelaskan lebih detail alasan dibalik nilai akhir indikator kinerja. Namun, analisa komprehensif setiap nilai dan peta aksesibilitas yang dihasilkan berada di luar ruang lingkup disertasi ini. Karenanya, analisis berfokus pada aspek-aspek yang dipandang paling relevan saja untuk perhitungan selanjutnya indikator kinerja.
6.1.1 Efisiensi jaringan (EJ)
6.1.1.1 Moda jalan
Nilai aksesibilitas efisiensi jaringan yang dihasilkan dalam alternatif tidak melakukan apapun telah dipetakan dalam Gambar 6.1. Formulasi indikator aksesibilitas terpilih – indikator aksesibilitas efisiensi jaringan (Gutierrez dan Monzon, 1998) – adalah yang tercakup dalam Persamaan (4.1).
Peta jelas menunjukkan kontras antara daerah dengan nilai aksesibilitas baik dan buruk. Daerah dengan nilai aksesibilitas terbaik terkonsentrasi sepanjang sumbu jaringan HCR, karenanya menghasilkan pola radial koridor aksesibilitas tinggi. Pengaruh ini terutama tampak dalam noktah-noktah dimana sumbu-sumbu ini berpotongan, seperti di Madrid, Barcelona atau Zaragoza. Keberadaan ‘efek koridor’ (aksesibilitas permukaan) ini adalah tampilan karakteristik perluasan infrastruktur jalan, bertentangan dengan karakteristik efek terowongan perluasan HSR (aksesibilitas titik) (Gutierrez et al., 1996; Gutierrez, 2004).
Gambar 6.1 : Efisiensi jaringan, alternatif A0. Moda jalan
Dapat pula diamati kalau jarak geografis ke pusat populasi utama tidak mempengaruhi hasil ini. Lokasi-lokasi tertentu dari hasil periferi geografi menghasilkan nilai efisiensi jaringan yang dapat diterima, seperti Barcelona, sementara lokasi lain dalam daerah lebih pusat mengalami defisiensi aksesibilitas, seperti Cuenca. Sifat radial jaringan HCR menciptakan kemunculan daerah-daerah yang tidak dapat diakses, terutama terkonsentrasi dalam ruang antar koridor. Pengaruh ini jelas terlihat dalam ‘pulau-pulau’ terisolasi yang muncul di antara jalan motor yang memasuki Madrid.
Gambar 6.2 menyajikan pola aksesibilitas yang dihasilkan dari alternatif jalan PEIT. Pola keruangan keseluruhan sama dengan alternatif tidak melakukan apapun dalam Gambar 6.1. Perbandingan kedua gambar menunjukkan kalau karena perluasan HCR kedua daerah dengan nilai aksesibilitas tinggi mengalami perluasan sementara yang memiliki defisiensi aksesibilitas berkurang.
Peningkatan yang disebutkan di atas dapat lebih mudah dideteksi dengan analisa Gambar 6.3, dimana perubahan persentase nilai aksesibilitas (dibandingkan dengan situasi tidak melakukan apapun) telah dipetakan. Dapat diamati bahwa, di satu sisi, aksebilitas tinggi menguntungkan terutama terkontrasi dalam daerah dimana infrastruktur baru dimasukkan dalam PEIT, walaupun dalam sebagian kasus, efek ini tersebar untuk menutupi daerah sekitar. Daerah-daerah ini berada terutama di perbatasan Portugis barat, menyebar ke Badajoz, Cordoba dan Ciudad Real; Teruel-Cuenca dan sekitarnya; Pyrennes-Navarra-La Rioja barat; dan beberapa daerah pesisir di Asturia dan Cantabria. Di sisi lain, Madrid, Andalusia timur dan Cataluna timur mengkonsentrasikan perolehan aksesibilitas yang lebih rendah.
Pilihan nilai aksesibilitas efisiensi jaringan terkait dengan ibu kota-ibu kota NUTS-3 dalam alternatif tidak melakukan apapun dan PEIT, serta perubahan persentase diantaranya, disertakan dalam Tabel 6.1. Ibu kota dengan tingkat aksesiblitas lebih baik terkonsentrasi di koridor sumbu dan jaringan HCR, khususnya dimana mereka berpotongan. Ini adalah kasus kota-kota seperti A Coruna, Barcelona, Burgos, Girona, Madrid, Murcia, Tarragona atau Valencia, dengan hasil dibawah 1.30. Di ekstrim lain daftar, tampak kota-kota yang berada di luar koridor infrastruktur utama dan karenanya tidak memiliki koneksi yang efisien dengan pusat populasi utama. Ini adalah kasus misalnya Cuenca dan Teruel, dengan nilai lebih dari 1.40.
Perolehan aksesibilitas relatif lebih tinggi, seperti telah ditunjukkan peta, terkonsentrasi pada kota-kota yang lebih dekat dengan perbatasan Portugis: Zamora, Salamanca, Badajoz, Caceres dan Huelva; begitu juga ibu kota dalam seperti Cuenca, Teruel atau Ciudad Real. Mereka semua mendapatkan perbaikan aksesibilitas lebih dari 5%.
Gambar 6.2: Efisiensi jaringan. Alternatif APEIT. Moda jalan

Gambar 6.3: Efisiensi jaringan. Perbedaan Relatif alternatif A0 vs APEIT. Moda jalan

Setelah penilaian awal ini, indikator kinerja efisiensi jaringan (EJ) dihitung, mengikuti persamaan (4.2) sebagai peningkatan persentase dalam nilai indikator aksesibilitas efisiensi jaringan.
Nilai aksesibilitas rata-rata dihitung dengan mengagregasi nilai NUTS-5, menggunakan populasi sebagai variabel pemberat. Hasilnya adalah nilai 1.334 untuk alternatif tidak melakukan apapun, sementara dalam alternatif PEIT nilai ini berkurang menjadi 1.299. Nilai yang dihasilkan dari indikator kinerja efisiensi jaringan mengikut persamaan (4.2) adalah EJ = 2.637; yang menyajikan peningkatan aksesibilitas jaringan sebesar 2.637%.
EJPEIT-Jalan = (1.334-1.299)/1.334 x 100 = 2.637
Nilai ini konsisten dengan hasil yang diperoleh dari studi sebelumnya yang menilai kemajuan efisiensi jaringan pada jaringan jalan Spanyol (Lopez dan Monzon, 2004; Lopez et al, 2006b). Peningkatan persentase ini rendah bila dibandingkan dengan misalnya peningkatan persentasi dalam panjang jaringan HCR diantara kedua alternatif, yang hampir 50% (dari 10,200 km menjadi hampir 15,000 km). Hal ini terutama karena situasi awal yang relatif baik dalam hal efisiensi jaringan, yang menyisakan ruang yang kecil untuk peningkatan persentase tinggi. Saat jaringan semakin padat, peningkatan marjinal dalam efisiensinya berkurang. Pada tahun 1980an dan 1990an, dalam tahap pertama perkembangan jaringan HCR Spanyol, peningkatan persentase lebih tinggi secara signifikan dibandingkan peningkatan yang sama dalam panjang jaringan (Guiterrez dan Monzon, 1998). Fakta ini akan dikonfirmasi dengan perbandingan perbaikan jalan dan rel dalam efisiensi jaringan, yang dilakukan dalam bagian 6.1.1.2, dimana situasi awal jaringan lebih buruk.
Dan seterusnya ……….



05 March 2011

Disertasi Pendidikan

Kunci menulis disertasi pendidikan yang sukses adalah usaha anda sendiri digabung dengan kerjasama dengan pembimbing anda yang akan membantu anda melakukan semua aspek proyek anda. Harus pula disebutkan bahwa tiap pembimbing dan anggota komite memiliki harapan dan gayanya sendiri mengenai produksi tipe karya ilmiah seperti ini. Hal ini secara umum berarti kalau harapan tersebut harus dibahas untuk memilih pembimbing anda.
Langkah pertama dalam proses menulis adalah memilih topik yang harus anda lakukan dengan pembimbing anda. Setelah anda memilih topik, tugas anda adalah menyelidikinya secara menyeluruh dengan meninjau sumber literatur dan mempersiapkan draft proposal penelitian yang menjelaskan isu masalah berdasarkan tinjauan literatur terkait anda secara komprehensif.
Draft paper anda harus diserahkan ke pembimbing untuk mendapatkan umpan balik, dimana anda diminta merevisi tulisan anda dan menyerahkannya kembali sampai ia disetujui untuk dilaksanakan oleh komite.
Tergantung pada penilaian pembimbing anda, proposal anda mungkin 20 hingga 35 halaman panjangnya dan harus menunjukkan pengetahuan menyeluruh pada penelitian, dan mendefinisikan metodologi serta masalah penelitian.
Seminar lisan disertasi pendidikan biasanya dihadiri oleh seorang mahasiswa dan komite, walaupun mahasiswa lain dan fakultas yang tertarik boleh menghadiri pula.
Secara umum ada tiga hasil yang mungkin dari seminar anda:
- Melanjutkan tanpa perubahan
- Komite dapat meminta beberapa revisi yang berarti anda harus merevisi aspek tertentu dalam proposal anda
- Komite dapat meminta revisi total proposal dan meminta seminar diulang
Anda dapat belajar secara lebih detil mengenai bantuan disertasi lebih jauh.
Proposal pendidikan yang paling menguntungkan tersedia dari pakar penulisan kami yang menjamin mutu puncak dan keunikan tulisan anda.

03 March 2011

Disertasi Terbaik Teknik Energi: Reduksi Emisi diperlambat oleh Mobil yang Lebih Berat dan Lebih Kuat

Potensi mengurangi emisi karbon dioksida dari mobil belum sepenuhnya terealisasi. Rata-rata pembeli mobil di Swedia masih membeli mobil yang lebih berat dan lebih boros daripada rata-rata orang Eropa, bahkan walaupun perbedaan ini telah menurun dalam tahun-tahun terakhir.
Dalam tiga puluh tahun terakhir, mobil yang dijual di Swedia berukuran semakin besar dan mereka lebih cepat lagi dalam percepatannya. Hal ini diikuti oleh sebagian perbaikan teknis mobil yang tidak bertujuan menurunkan konsumsi bahan bakar.
Bila mobil tidak semakin besar dan tidak dipercepat akselerasinya antara 1985 dan 2007, mereka hanya akan membutuhkan 47 persen bahan bakar lebih sedikit. Namun, pengurangan aktual pada periode ini hanya 18 persen.
Sementara minat dalam mobil ramah lingkungan telah meningkat dalam tahun-tahun terakhir, namun bukannya pergeseran pada mobil yang lebih kecil dengan horsepower lebih kecil, yang ada justru peningkatan jumlah mobil diesel dan etanol. Hal ini membawa pada pengurangan emisi karbon dioksida, namun masih perlu penelitian lanjut untuk menggunakan sepenuhnya potensi yang kita miliki untuk mengurangi emisi.
Penemuan ini disajikan oleh Frances Sprei dari Universitas Teknologi Chalmers di Gothenburg, Swedia, yang telah menghabiskan beberapa tahun meneliti perkembangan dalam mobil-mobil yang baru terjual di Swedia. Sekarang ia mengajukan gambaran baru ini dalam disertasi doktornya.
“Pembatasan yang dapat menurunkan emisi melibatkan penggunaan instrumen kebijakan yang mengurangi konsumsi bahan bakar, tanpa melihat tipe bahan bakar,” kata Frances Sprei.
Disertasinya berjudul “Efisiensi Energi Versus Pendapatan Amenitas Konsumen (Energy Efficiency Versus Gains in Consumer Amenities) dan dipertahankan secara publik tanggal 6 September 2010 di Universitas Teknologi Gothenburg.

Bab v disertasi : Kerangka Konseptual, Desain dan Metode Penelitian

PENDAHULUAN
Tujuan bab ini adalah menjelaskan dan membahas kerangka konseptual studi ini yang diadaptasi dari model efektivitas guru total Cheng dan Tsui (1998) untuk merefleksikan konteks pendidikan Indonesia dan database ASEAN yang tersedia, inklusif pada data provinsi, negara dan regional. Model Cheng dan Tsui mencakup komponen penting terkait kompetensi guru dan kinerja siswa, seperti konteks mengajar internal dan eksternal, karakteristik awal siswa dan pengalaman siswa. Model ini juga mencakup domain kognitif, afektif dan perilaku pada tiga tingkatan, tingkatan tersebut adalah sekolah, kelompok dan individu.
Kerangka konseptual itu seperti peta (Dewey, 1938:402) yang membantu peneliti mengarungi proses penelitian. Sebagian kerangka konseptual telah standar sementara yang lain harus dibuat atau diadaptasi dari teori.
Sebagai desain penelitian, sebuah studi sekunder pada data dari studi ASEAN dilakukan di Indonesia dan sejumlah negara ASEAN di tahun 2000 juga dijelaskan dan dibahas dalam bab ini. Kerangka konseptual dibahas dalam Bagian 5.1. Pembahasan ini dilanjutkan dengan garis besar pertanyaan penelitian di Bagian 5.2. Isu desain, khususnya sampling, instrumen dan prosedur kemudian disajikan di Bagian 5.3. Akhirnya, rencana analisa data dirangkum pada Bagian 5.3.6 dan rangkuman disajikan di Bagian 5.4.
5.1 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan dan mempelajari faktor-faktor utama yang berpengaruh pada kompetensi guru dan kinerja siswa kelas 6 dalam tes matematika dan membaca dalam studi ASEAN di Indonesia dan beberapa negara ASEAN lainnya. Bagian pertama studi menjelaskan kinerja guru dan kompetensi guru diukur oleh kinerja siswa di Indonesia dan beberapa negara ASEAN lainnya dalam tes matematika dan membaca. Analisis akan mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru dan siswa, seperti latar belakang siswa, kondisi sekolah, pendidikan orang tua, ketersediaan buku paket, dsb. Dalam bagian kedua studi ini, faktor-faktor kontekstual dijelajahi dan dianalisa terkait kompetensi guru, dalam usaha menemukan prediktor signifikan kompetensi guru di Indonesia dan negara ASEAN yang terpilih.
5.2 KERANGKA KONSEPTUAL
Untuk memahami kerangka konseptual dan meneruskan pembahasan dalam bab ini, penting untuk membedakan antara tiga konsep yang akan terus digunakan, yaitu kompeten, kompetensi dan kekompetensian, yang didefinisikan dibawah:
Kompetensi (competence) dapat dipandang sebagai masalah derajat. Kompeten adalah masalah kemampuan.
Kekompetenan (competency) didefinisikan sebagai apa yang guru ketahui, percaya atau dapat dilakukan, bukan dalam hal apa dimana guru mampu membuat siswa melakukan sesuatu. “Skill dalam manajemen kelas” merupakan kompetensi sementara “Kemampuan mengatur kelas” bukan kompetensi. Kompetensi tidak berbentuk jamak. Kompetensi hanya dapat ada atau tidak ada.
Kekompetensian (competencies) merujuk pada pengetahuan, skill dan keyakinan pada kemampuan guru (Medley, 1982: 1894).
Sebuah tinjauan literatur seperti dijelaskan dalam bab sebelumnya, telah membawa pada definisi kompetensi Tomlinson (1995:181), yaitu :
Kompetensi atau skill menunjukkan kemampuan yang kurang lebih konsisten untuk menyadari tujuan tertentu untuk mencapai hasil yang diinginkan. Seseorang yang kompeten mampu melakukan tindakan tertenu: orang demikian mampu melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Definisi Tomlinson telah diadaptasi untuk penelitian ini agar dapat dimasukkan dalam fokus penelitian dalam hal hasil khusus membaca dan matematika dengan cara berikut:
Kompetensi guru adalah kemampuan konsisten untuk menyadari tujuan tertentu untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam membaca dan matematika.
Banyak model efektivitas guru telah membantu penelitian ini. Seperti dijelaskan dalam Bab 3, dua model signifikan telah muncul, pertama adalah model Medley (1982) dan kedua model Cheng dan Tsui (1998), yang mengembangkan model Medley lebih jauh. Kerangka konseptual studi ini, diadaptasi dari Cheng dan Tsui (1998) dan akan disajikan dan dibahas dalam bagian berikutnya.
5.3 MODEL EFEKTIVITAS GURU TOTAL HASIL ADAPTASI
Seperti ditunjukkan dalam Bab 3, jelas setelah analisa kerangka mengenai efektivitas guru total yang telah ada, terdapat gap-gap nyata dalam literatur. Gap-gap ini telah dibahas dalam Bagian 3.4 di Bab 3, dan sekarang dibahas lebih lanjut dalam kereangka konseptual studi ini, yang merupakan model efektivitas guru total berdasarkan kedua model yang dibahas sebelumnya.
Dalam studi ini, istilah efektivitas guru merujuk pada hasil yang dicapai guru atau siswa dalam tes membaca dan matematika ASEAN. Model Cheng dan Tsui (1998) telah dimodifikasi dan diadaptasi sehingga mengkaitkannya dengan sistem pendidikan Asia dan konteks sosial dalam penelitian dan agar sejalan dengan data yang tersedia dalam studi ini. Gambar 5.1 mencerminkan perubahan-perubahan yang telah dilakukan pada model, yang akan dibahas selanjutnya.

Sumber: Diadaptasi dari Cheng dan Tsui, 1998
Gambar 5.1 Elemen-elemen kunci terkait dengan efektivitas guru
• Ketiga level “individual”,”kelompok”, dan “sekolah” diubah dan dinamai ulang sebagai level provinsi, nasional dan regional untuk mencerminkan database ASEAN yang ada.
• Model asli merujuk pada murid sebagai siswa. Untuk mencerminkan terminologi yang digunakan di Indonesia, semua label menggunakan kata ‘siswa’ dalam ilustrasi model diubah menjadi ‘murid.’ Sebagai contoh, label “lapisan pengalaman siswa” dan “hasil belajar siswa” diubah menjadi “lapisan pengalaman murid” dan “hasil belajar murid” untuk disesuaikan dengan kesepakatan bahasa di Indonesia.
• Karakteristik guru ditambahkan karena variasi karakteristik ini dalam konteks Indonesia dan keyakinan bahwa karakteristik ini mendasar untuk menjelaskan dan memahami kompetensi guru. Di luar Indonesia, karakteristik guru juga dirujuk dalam literatur sebagai variabel penting terkait dengan kinerja guru. Sebagai contoh, lihat Murphy (1993). Interaksi antara karakteristik guru dan pendidikan guru membawa pada kompetensi guru.
• Pelatihan guru ditambahkan karena ia merupakan komponen penting untuk kompetensi guru.
• Dalam model ini, konteks mengajar eksternal mencakup sekolah, perpustakaan sekolah, kepemimpinan, peran orang tua dan masyarakat, semuanya adalah faktor yang dapat memodifikasi atau meningkatkan konteks mengajar internal.
• Konteks mengajar internal terdiri dari hal-hal seperti buku paket dan perlengkapan, begitu juga waktu yang dihabiskan dalam mengerjakan tugas. Elemen-elemen demikian dapat mempengaruhi karakteristik murid awal dan akhirnya meningkatkan kinerja murid.
• Keterlibatan orang tua merujuk pada peran orang tua dalam memodifikasi konteks mengajar internal dan eksternal. Interaksi antara guru, orang tua dan masyarakat adalah aspek penting karena ia dapat menghasilkan modifikasi pada kondisi sekolah dan ruang kelas serta, sebagai hasilnya, meningkatkan kinerja murid.
Model adaptasi ini mencerminkan keyakinan kalau kompetensi guru adalah bagian dari efektivitas keseluruhan guru di dalam kelas. Model ini juga menunjukkan interaksi antara kompetensi dan komponen kunci lainnya yang berpuncak pada efektivitas guru. Lebih jauh, ia menunjukkan bagaimana lapisan-lapisan berbeda, yaitu kompetensi guru, kinerja guru, pengalaman murid dan hasil belajar murid, terkait dengan domain kognitif, afektif dan perilaku dalam tiga tingkatan, yaitu tingkat provinsi, nasional dan regional. Model ini sesuai dengan kerangka konseptual untuk penelitian ini karena ia mencerminkan sebagian besar variabel dan konsep yang tersedia dalam database ASEAN.
Informasi penting lainnya yang berpengaruh pada kinerja murid adalah karakteristik awal murid (gender, usia, status sosial, latar belakang), pelatihan guru, konteks mengajar internal (sarana dan prasarana ruang kelas, waktu mengerjakan tugas), konteks mengajar eksternal (fasilitas sekolah, gaji, kepemimpinan), dan karakteristik guru (jenis kelamin, usia, status sosial, latar belakang) juga dimasukkan dalam model.
Masing-masing lapisan dalam model ini sekarang akan dijelaskan dalam hal konteks dan hubungannya dengan komponen lainnya dalam model.
Lapisan kompetensi guru adalah kompetensi perilaku, afektif dan kognitif total guru pada tingkat provinsi, nasional dan regional. Lapisan ini mencerminkan mutu statis total guru (Cheng dan Tsui, 1998). Level kompetensi guru adalah salah satu faktor yang langsung mempengaruhi mutu mengajar dan karenanya kinerja murid. Untuk menerapkan metode progresif mengajar, metode yang membantu pembelajaran berpusat murid yang berbasis pada penemuan dan karenanya pada konstruksi pengetahuan oleh murid sendiri, guru harus memiliki pelatihan profesi dan level kompetensi dalam pengetahuan subjek (Shulman, 1986).
Lapisan kinerja guru adalah kinerja total guru dalam tiga domain pada tiga tingkatan. Ia mencerminkan mutu dinamis guru dalam proses mengajar. Hubungan antara kedua lapisan dapat diperantarai oleh pengaruh konteks mengajar eksternal (misalnya faktor organisasi, kepemimpinan dan lingkungan sekolah). Kinerja guru juga terkait dengan kompetensi profesional guru dan tingkat pengetahuan akademis yang mereka peroleh. Seperti telah dinyatakan oleh Ribeiro (1993, dikutip dalam Passos et al, 2000), tingkatan pengetahuan akademis yang tinggi mendasar bagi pelatihan guru profesional karena tidak mungkin melatih guru yang baik bila mereka tidak memiliki pengetahuan materi subjek yang mereka akan ajarkan. Kombinasi tingkat pengetahuan akademis guru yang tinggi dan pelatihan profesional tingkat tinggi menyediakan kondisi untuk kinerja guru yang tinggi (Shulman, 1986).
Lapisan pengalaman murid menyajikan pengalaman belajar total murid dalam tiga domain, yaitu kognitif, perilaku dan afektif pada level provinsi, nasional dan regional.
Lapisan hasil belajar murid mencermikan hasil belajar total murid dalam tiga domain pada tiga tingkatan. Hasil yang diharapkan ditentukan oleh kebutuhan kehidupan nyata yang relevan dan dibantu untuk memastikan integrasi pengetahuan, kompetensi dan orientasi yang diperlukan murid untuk menjadi warga negara masa depan yang kritis, kompeten dan bertanggung jawab.
Karakteristik murid awal (anteseden) adalah pengalaman, gender, usia, larar belakang, kepemilikan dan status sosial murid.
Konteks mengajar internal menyajikan perangkat dan peralatan ruang kelas, waktu yang tersedia untuk mengerjakan tugas, ukuran kelas dan buku paket di tiap ruang kelas.
Konteks mengajar eksternal menyajikan sumber daya sekolah secara total, kondisi sekolah, staff, sifat gaji yang ditawarkan, dan peran orang tua dan masyarakat. Peran orang tua dan masyarakat khususnya sangat penting, karena peran orang tua kritis bagi kinerja murid.
Karakteristik guru menyajikan usia, gender, kepemilikan, latar belakang, kondisi rumah tangga, pengetahuan, pengalaman dan pendekatan guru dalam tiga domain pada tingkatan provinsi, nasional dan regional.

27 February 2011

Contoh topik disertasi Ilmu Bahan

  1. Sifat magnetolistrik film komposit multilapisan CoFe2O4-Pb(Zr0.52Ti0.48)O3 via metode sol-gel
  2. Sifat morfologis dan magnetis film komposit TiO2/Fe50Co50
  3. Katalis asam padat untuk dehidrasi gliserol menjadi akrolein dalam fase gas
  4. Transisi fase dan sifat mekanis alloy memori bentuk magnetis Ni-Mn-Ga-Ti berkendala usia
  5. Sintesis selaput hibrid polieterimida/silika dengan proses sol-gel: pengaruh kondisi reaksi sifat selaput
  6. Perilaku logam kubus berpusat badan pada pembebanan kejut satu dimensi
  7. Penumpukan kerusakan dan stress pada kristal tunggal UO2 terimplantasi He: Studi difraksi sinar X
  8. Stabilitas termal deret larutan padat fosfat tembaga-titanium-zirkonium: CuTi2-xZrx(PO4)3(0<=x<=2) dalam udara
  9. Diagram fase dan sifat listrik keramik bebas timbal Bi0.5Na0.5TiO3-BaTiO3 termodifikasi Mn, K
  10. Perbaikan sifat mekanis komposit karbon/karbon dengan dua matriks berbeda
  11. Pembentukan ZnO sphalerite dan wurtzite pada alloy Pd-Zn setelah oksidasi internal pada suhu terangkat
  12. Difusivitas ion perak dalam substrat keramik dibakar bersama dalam suhu rendah (LTCC)
  13. Kendala nukleasi polikristal SiC mengelilingi benih dalam pertumbuhan kristal tunggal SiC
  14. Energi aktivasi poli (metil metakrilat) dari pengelasan polimer dan rheometri
  15. Tinjauan sintesis nano-TiO2 tipe sol-gel dan penerapannya
  16. Perilaku relaksasi dielektrik partikel nano dan kawat nano CdS
  17. Relaksasi dielektrik pada gelas chalcogenide Se80-xTe20Snx
  18. Pengamatan sekuensial HAADF-STEM pada perubahan struktural dalam partikel nano Au ditopang oleh CeO2
  19. Penyelidikan TEM pada pembentukan zirkonat dan peracunan krom pada katoda LSM/YSZ
  20. Studi in situ pembentukan FeTe
  21. Pengotoran dan segregasi vakansi pada perbatasan butir miring simetris dalam ZrO2 yang dikotori Y2O3
  22. Tampilan fraktura dalam gelas soda limun setelah pengujian dengan indenter sferis
  23. Pengamatan langsung dan kuantifikasi kopling migrasi sobekan perbatasan butiran dalam Al polikristalin
  24. Pengembangan morfologis dan pengendalian ukuran serabut nano poli(trimetilen terephthalat) yang disiapkan dari komposit fibrillar poli(trimetilen terephthalat/butirat asetat selulosa in situ
  25. Pengaruh vibrasi ultrasonik dalam penempaan mikrostruktur dan sifat aloy aluminium 7050
  26. Proses dan sifat elektromekanis serabut piezolistrik bertonjol Pb(zr,Ti)O3 dikotori lanthanum
  27. Kondisi dan tampilan matriks dan karbonisasi tumpukan prekursor organis
  28. Sintesis partikel nano nikel berkemasan padat heksagonal dalam konsentrasi nikel tinggi dan sifat katalitisnya
  29. Sintesis dan karakterisasi partikel nano vanadium karbida dengan prekursor dari refluksi termal
  30. Sintesis tidak terkatalis pada polipirol dengan kelompok sisi viologen dan sifat kimianya
  31. Transpor spin pada remah grafit tipis
  32. Pengaruh iradiasi sinar gamma dan penalaan termal pada sifat struktur, optis dan listrik film tipis vanadil 2,3-naphthalosianin terendapkan vakum
  33. Studi pada pirolisis kilat poliakrilamida: pemercepat propellant berbasis Al-H2O

06 February 2011

Bantuan Penulisan Disertasi Doktor Dengan Harga Terjangkau

Mengapa merasa depresi dan lelah dalam menulis disertasi bila anda bisa memperoleh bantuan Penulis Disertasi? Jasa penulisan disertasi kami dapat anda andalkan bila anda membutuhkan disertasi doktor berkualitas dalam deadline yang singkat.
Dengan harga kami yang terjangkau dan sejumlah layanan, kami percaya dapat memberikan anda yang terbaik. Teruslah baca mengenai sejumlah alasan yang membuat anda dapat memperoleh bantuan penulisan disertasi doktor disini.
Kirim email pemesanan anda ke penulisdisertasi@gmail.com
Empat jenis jasa bantuan disertasi doktor yang dapat anda peroleh antara lain:
Penulisan disertasi
Kirimkan kami email berisi topik disertasi anda beserta syarat-syarat anda. Kami akan mengirim anda e-mail berisi disertasi yang sesuai keinginan dan sesuai deadline anda.
Penulisan ulang disertasi
Kami juga menulis ulang disertasi anda yang ditolak atau tidak lengkap. Kami akan mengubah karya tulis anda menjadi karya yang cemerlang.
Editing disertasi
Bila anda ingin bantuan pakar dalam disertasi anda, silakan hubungi email kami. Kami akan membaca ulang dengan teliti, melakukan penyuntingan dan memformatnya untuk anda.
Produk disertasi
Selain menulis disertasi, kami juga mengkhususkan diri dalam penulisan laporan buku, esai, tesis, skripsi dan makalah.

04 February 2011

Contoh topik disertasi Kesejahteraan Sosial

  1. Kebijakan sosial dan kesehatan publik sepanjang sejarah hidup
  2. Kekuatan potensial program kebijakan sosial: redistribusi pendapatan, sumberdaya ekonomi dan kesehatan
  3. Ketidaksetaraan gender dan kelas dalam berbagai jenis kondisi kesejahteraan: Program Indikator Kewarganegaraan Sosial
  4. Pergeseran masyarakat dan pola kemiskinan yang berubah
  5. Seratus tahun uang, kesejahteraan dan kematian: mortalitas, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan negara sejahtera di Indonesia 1910-2010
  6. Kebijakan sosial dan kesehatan: negara transisi dalam perspektif komparatif
  7. Analisis komparatif longitudinal Kebijakan keluarga, pembangunan ekonomi dan mortalitas bayi
  8. Apakah pensiun publik penting bagi kesehatan dan kesejahteraan pada orang yang pensiun?
  9. Lembaga pensiun publik dan mortalitas usia tua dalam perspektif komparatif
  10. Pengembangan sistem kesejahteraan yang dapat diterapkan di Indonesia
  11. Pengalaman hidup bergantung pada bantuan sosial
  12. Gadis dengan masalah terkait harga diri dalam perspektif komparatif
  13. Studi longitudinal ibu dalam buruh miskin
  14. Perawatan anak: kesejahteraan atau investasi?
  15. Pengaruh penggunaan jasa kesejahteraan sosial atau manfaat keamanan sosial pada sikap terhadap kebijakan kesejahteraan sosial
  16. Analisis biaya pragmatis MST dari percobaan acak dengan remaja yang mengalami gangguan perilaku
  17. Ruang luar bagi remaja putri di perkotaan
  18. Pengeluaran sosial dan administrasi publik: apakah biaya bantuan sosial daerah adalah masalah organisasi?
  19. Konteks lokal dan variasi sikap pada kota-kota di Jawa
  20. Keamanan sosial untuk manula di desa: sebuah proposal berbasis pensiun non kontributif universal
  21. Pemikiran kembali etika kerja sosial
  22. Badiou dan filsafat kerja sosial
  23. Kondisi kesejahteraan dan kepercayaan sosial di Indonesia
  24. Partisipasi program kesejahteraan pada pekerja migran desa ke kota di Jakarta
  25. Upah dalam ekonomi terbebas dunia
  26. Pengalaman bekerja dan menganggur pada remaja dalam program pelatihan kerja di Indonesia
  27. Peran program kebijakan pasar tenaga kerja aktif dalam berbagai siklus bisnis
  28. Imigran dan peningkatan ketergantungan pada bantuan sosial
  29. Determinan transfer finansial intra keluarga
  30. Prevalensi masalah judi bola pada remaja
  31. Penyerang anak dalam program rehabilitasi berbasis masyarakat
  32. Partisipasi dalam kegiatan santai orang dewasa dengan tuna grahita di masyarakat
  33. Transisi pasca komunisme dalam mengejar kesejahteraan dan keamanan di Indonesia