03 February 2011

Disertasi Terbaik Maret 2010: Penemuan Jalur Sinyal Ingatan

Dalam disertasinya di Universitas Umea, Swedia, Kristiina Kompus menunjukkan bahwa ingatan manusia diaktifkan secara spontan lewat beberapa cara. Kristiina menemukan bahwa jalur sinyal dan bagian otak yang terlibat saat kita mencoba untuk mengingat sesuatu, sepenuhnya berbeda dengan mengingat sesuatu secara seketika seperti saat mencium bau, melihat gambar, mendengarkan kata-kata pemicu.
Bayangkan anda diminta mengingat apa yang anda lakukan seminggu lalu. Anda mungkin harus melakukan tindakan metal yang cukup keras untuk memindai ingatan anda. Dalam kesempatan lain, sebuah aroma, gambar atau kata dapat seketika dan tak terduga memicu ingatan jelas mengenai sesuatu yang pernah terjadi. Sains masih belum cukup mengerti mengapa otak kadang secara otomatis memasok kita dengan ingatan yang tidak perlu lagi kita usahakan untuk diingat, sementara mengapa, di kesempatan lainnya, kita tidak dapat mengingat hal-hal tertentu walaupun kita berusaha keras untuk mengingatnya.


Studi yang dilakukan dalam disertasi Kristiina Kompus menunjukkan kalau kedua cara mengingat hal-hal ini dipicu oleh jalur sinyal yang berbeda di otak. Usaha untuk mengingat kembali ingatan tertentu berurusan dengan bagian atas frontal lobe. Menurut disertasi tersebut, daerah otak ini teraktivasi bukan hanya dalam hubungannya dengan usaha terkait ingatan namun juga dalam semua tipe usaha dan minat mental. Bagian otak ini tidak terlibat di awal proses yang tidak sengaja mengingat sesuatu sebagai respon pada stimuli luar. Justru, ingatan tersebut diaktifkan oleh sinyal-sinyal khusus dari bagian lain otak, yaitu yang berurusan dengan stimuli seperti bau, gambar dan kata. Sebelumnya ingatan demikian dianggap para ilmuan harus lebih jelas dan emosional; jika tidak ia tidak akan dapat diaktifkan dengan cara demikian. Namun disertasi Kristiina Kompus menunjukkan kalau hal ini tidak harus – ingatan tidak mesti bermuatan emosional untuk dapat dipanggil seketika dan tak terduga. Ingatan yang diperoleh secara spontan juga tidak mengaktifkan bagian lain otak lebih dari yang dilakukan model ingatan lainnya.
Studi ini juga mengungkapkan bahwa ingatan jangka panjang kita lebih fleksibel daripada yang diduga sebelumnya. Tidak hanya ada satu jalur sinyal syaraf yang bertugas untuk menarik ingatan lama namun ada beberapa jalur yang terpisah secara anatomis. Penemuan ini penting karena ia membantu kita memahami bagaimana kita dapat membantu orang yang mengalami kesulitan dalam mengingat, tidak peduli apakah akibat penuaan atau karena gangguan otak. Ia juga dapat membantu orang yang dihantui oleh ingatan buruk dari masa lalunya. Hal ini dapat terjadi setelah pengalaman traumatis dan juga dapat terjadi akibat depresi.
Disertasi ini menggunakan kombinasi dua metode pencitraan otak: pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) dan elektroensepalografi (EEG). Kedua metode memberi informasi berbeda mengenai fungsi otak. Dengan mengkombinasikannya, Kristina Kompus mampu menentukan bagian otak mana yang aktif dan bagaimana aktivasi berlangsung dalam selang waktu yang sangat singkat, dalam ordo seperseribu detik saja.

Disertasi Terbaik Mei 2010 : Kondisi Komunikasi Perawat dan Pasien Masalah Gigi dan Kulit yang Buruk

Masalah-masalah yang dihadapi pasien saat kondisi dental atau kulit sering dipandang berbeda oleh perawat. Hal ini ditunjukkan dalam disertasi Francesca Sampogna, seorang peneliti epidemiologi dari Istituto Dermopatico dell'Immacolata di Roma.
“Untuk membatasi masalah ini, arah khusus dalam komunikasi harus dimasukkan dalam pelatihan personil keperawatan,” kata beliau. Ia mempertahankan disertasinya berjudul Kualitas Kehidupan dan Penanganan Penderitaan oleh Perawat dan Pasien dalam Kondisi Oral dan Kulit di Fakultas Odontologi, Universitas Malmo.
Diperlukan komunikasi yang baik agar perawat memahami masalah pasiennya sementara disaat bersamaan memberi tahu pasien mengenai kondisi mereka. Dalam disertasinya, Fransesca Sampogna menyelidiki bagaimana perawat memandang situasi psikososial pasien karena kondisi kulit atau gigi. Salah satu temuannya adalah dermatologis sering mengabaikan kemunculan rasa takut dan depresi pada pasien mereka.
“Saya yakin hal ini merupakan hasil komunikasi yang buruk dengan pasien, namun juga berdasarkan fakta bahwa dokter hanya melihat pada situasi klinis. Di saat yang sama, saya sadar kalau tidaklah mudah mengevaluasi status mental pasien dalam hanya beberapa menit, namun bahkan dalam waktu terbatas, seorang dokter harus mampu menciptakan dialog dengan pasiennya untuk mendapatkan petunjuk bagaimana kondisi tersebut mempengaruhi kehidupan psikososial pasien.”


Dua studi dalam disertasinya berurusan dengan pasien dengan kondisi dental. Hasilnya menunjukkan kalau dokter gigi memiliki kecenderungan mengabaikan kualitas hidup pasiennya. Ini artinya secara umum status kesehatan gigi pasien tidak harus memiliki pengaruh negatif demikian pada kualitas hidup sebagaimana dipercaya dokter gigi.
“Ini penemuan menarik, dan saya percaya sebagian penjelasan dapat ditemukan dalam perbedaan dalam bagaimana pasien dan dokter gigi atau perawat gigi memandang situasinya. Bagi pasien, kondisi gigi, walaupun mungkin serius, hanyalah satu dari banyak komponen hidupnya, sementara penyedia pengetahuan perawat pada kondisi ini dapat membawa mereka pada pengabaian bagaimana pasien terpengaruh olehnya.”
Studi keempat menyelidiki bagaimana dokter gigi dan pasien memandang keparahan kondisi dalam kasus masalah selaput lendir mulut di rongga mulut. Penemuan menunjukkan perbedaan besar antara kedua kelompok, dimana pasien memandang masalah mereka jauh lebih besar daripada dokter gigi.
“Saat membahas tentang masalah gigi dan kulit, tampaknya seringkali staff baik itu dokter maupun perawat tidak memandang situasi psikososial pasien mereka dan tidak setuju dengan pandangan pasien.”
Dalam disertasinya, Francesca Sampogna telah menunjukkan pentingnya komunikasi yang baik antara pasien dan staff untuk memahami apa kebutuhan khusus sang pasien.
“Perbedaan yang saya temukan dalam studi-studi saya adalah tanda adanya masalah komunikasi. Karenanya, arah komunikasi khusus harus dimasukkan dalam pelatihan penyedia kesehatan dan menjadi bagian dari pendidikan berkelanjutan,” kata beliau.

Contoh Bab Empat Disertasi Pendidikan

A. Pendahuluan
Dalam bab ini, keempat guru honorer yang berpartisipasi dalam studi diperkenalkan dan data yang dikumpulkan dari wawancara dan entri jurnal disajikan. Data disajikan bukan dalam bentuk daftar atau tabulasi namun dalam bentuk narasi cerita negosiasi jalur efikasi profesional. Kisah-kisah yang diambil dari data dalam wawancara dan jurnal guru (lihat Bab Tiga: Halaman 51) ditulis dalam sudut pandang orang ketiga. Walau begitu, kisah-kisah ini sering mengandung kutipan panjang yang diambil langsung dari wawancara dan jurnal dalam usaha untuk menekankan pentingnya persepsi pengalaman sebagaimana yang diekspresikan oleh guru honorer. Guru honorer dirujuk sebagai narator kisah untuk menggariskan bahwa ini adalah kisah mereka yang sedang diceritakan. Format cerita untuk penyajian data dipilih sebagai usaha untuk mendekati semangat “pengalaman langsung” yang intens (Clandinin dan Connely, 2000:128) yang ada dalam semua narasi guru honorer. Kisah dari tiap guru honorer/narator diceritakan dalam dua bagian.
  • Bagian Satu mengenai hal-hal dan pengalaman yang mempengaruhi guru honorer dan reaksi mereka pada praktek mengajar.
  • Bagian Dua mengenai hubungan pengalaman tersebut dengan perkembangan pengetahuan dan naluri efikasi profesional.
Walau tidak diceritakan secara tepat berurutan, penyusunan kembali episode-episode dan peristiwa-peristiwa dari semua data dari tiap guru honorer, kisahnya dapat disusun dalam bentuk kronologis. Di akhir Bagian Satu adalah sebuah gambar yang mengilustrasikan proses konstruksi keyakinan dan teori privat dari kolisi yang dialami narator. Pada akhir Bagian Dua adalah gambar yang mengilustrasikan hubungan pengalaman guru honorer pada perkembangan naluri efikasi profesional mereka.
Pada Bagian Satu, kisah-kisah yang berhubungan dengan narator yang tiba pada keputusan untuk menjadi guru (masing-masing kisah diberi subjudul dengan pernyataan “misi” yang dikutip langsung (Korthagen, 2004; ditelusuri November 2004) dan kemudian seperti apa rasanya di ruang kelas. Dalam peristiwa-peristiwa yang telah mereka pilih untuk ceritakan dan jelaskan, pengalaman-pengalaman yang berkesan dan menggerakkan guru honorer diperjelas dan di analisa. Analisis dan penafsiran (diambil dengan metode analitik tiga kluster) dari peran signifikan pengalaman menemani deskripsi peristiwa – sehingga data dan analisis data serentak disajikan dalam cerita. Pengungkapan tiap kisah mengikuti pola yang kurang lebih sama dalam menekankan pengembangan pengetahuan yang disajikan sebagai keyakinan individual dan teori privat guru honorer.
Pola ini pada awalnya muncul saat penyandian dan penyandian ulang jam-jam wawancara dan entri jurnal. Dalam satu dari banyak bacaan data, gambaran jelas “kolisi” (tabrakan tidak sengaja dari perilaku dan peristiwa) mendadak menangkap apa yang tampaknya terjadi dalam kehidupan semua guru honorer. Analisa ulang data kembali dengan bantuan penemuan gambaran baru ini mengungkapkan barisan sejajar perkembangan keyakinan dan teori privat. Pada awalnya, kolisi dikategorikan secara umum sebagai “latar belakang pribadi” “profesional” dan “universitas”. Walau demikian, setelah pemeriksaan lebih jauh, masing-masing guru honorer tampaknya telah mengalami kolisi yang unik dalam kategori tersebut yang mempengaruhi perkembangan keyakinan individual dan teori privat mereka. Dalam kisah-kisah tersebut, penafsiran keyakinan (pernyataan pengetahuan abstrak universal) dan teori privat (pernyatan ringkas “Saya harus” atau “Saya mesti” yang tampak bertindak sebagai pemandu perilaku) kemudian diturunkan dari sebuah analisa peristiwa disekitar kolisi dan bahasa yang dipergunakan untuk menjelaskan kolisi tersebut. Masing-masing kisah diceritakan menggunakan bentuk pencitraan kolisi individual dan pernyataan keyakinan dan teori privatnya sebagai lambang sentral dan esensial dalam proses belajar menjadi guru yang efektif.
Seperti banyak peristiwa yang mungkin terjadi dalam kehidupan narator dan banyaknya hasil dari analisis yang mungkin disajikan dalam teori-teorinya. Walau begitu, ruang yang ada membatasi penulis untuk menyajikan setiap pengalaman atau hasil analisis. (Semua wawancara tersedia bila diminta.) Episode-episode yang tidak dipilih – seperti ketidak setujuan terisolasi dimana salah satu narator hadapi dengan seorang rekannya mengenai mood sang kolega yang mengganggu – tidak dimasukkan karena peristiwa ini tampaknya tidak memiliki indikasi yang penting dan merupakan hal yang terus terjadi dalam narasi. Insiden-insiden yang tidak berulang atau disebutkan hanya sedikit ditafsirkan sebagai yang kurang relevan dengan perkembangan naluri efikasi profesional. Begitu juga, citra terisolasi atau anomali struktural bahasa yang tidak sepertinya menjadi bagian dari pola umum seperti penggunaan istilah “bekerja terus sampai koma” oleh salah satu narator (Ros, 2009: Wawancara 1) dicatat dalam teks cerita. Di sisi lain dimana penafsiran didukung oleh lebih dari satu perangkat data – seperti tiga pernyataan yang menunjukkan satu tema – biasanya hanya satu insiden disebutkan dalam kisahnya untuk menghindari kesan persuasi yang berlebihan. Insiden atau pernyataan yang disajikan adalah yang telah terpilih atas keragaman ekspresinya dan atas penyajian khas kepribadian guru honorer – sebagai contoh dalam salah satu kisah narator tampaknya menekankan pentingnya sebuah insiden lewat sebuah “cerita pendek” yang sangat panjang yang juga menunjukkan afeksi dan kepeduliannya pada murid-muridnya. Gaya ekspresi individual dari tiap guru honorer menambah dalam dan menariknya cerita begitu pula menjadi elemen penting analisis.
Keempat guru honorer dalam bab ini dengan baik hati memberikan waktunya ditengah jadwal yang sangat menuntut untuk menceritakan pengalaman mereka dan kisah berkelanjutan mengenai bagaimana ia berubah dari pelajar menjadi pengajar. Alasan mereka untuk melakukan hal tersebut beragam. Masing-masing narator tertarik dalam menganalisa dan menawarkan saran untuk mengembangkan program penyetaraan guru untuk membantu mengembangkan dan memperbaiki komponen-komponennya bagi siswa selanjutnya. Lebih jauh, semua narator merencanakan pada suatu waktu akan melanjutkan studi mereka melebihi program penyetaraan dan tertarik dalam proses penelitian studi ini. Masing-masing ingin menyumbangkan kisahnya pada studi ini dan menekankan kesetujuan mereka dengan pentingnya tujuan penelitian. Mereka juga mengatakan bahwa dengan ikut serta pada penelitian ini, mereka meningkatkan pemahaman mereka sendiri mengenai pengalaman dari pelajar menjadi pengajar pula. Cukup membantu membicarakan mengenai apa yang terjadi pada diri mereka. Beberapa narator mengatakan bahwa mereka menikmati kesempatan mengungkapkan dan membahas peristiwa mengajar dengan orang luar yang tertarik dan tidak memihak. Salah satu narator mengatakan, “Anda membantu saya merefleksikan diri …” (Delima, 2009: Wawancara 2) dan yang lain mengatakan bahwa wawancara ini adalah “penyelamat hidup” (Lili, 2010: pertemuan informal seminar Oktober) dalam melalui masa-masa ragu. Semua narator tergerak oleh niat dan keseriusan dari analisis yang panjang dan detil dari kata-kata yang mereka ucapkan secara spontan dan memperhatikan dengan seksama penjelasan penafsiran persepsi mereka. Kisah-kisah mereka diceritakan dan ditulis dalam potongan-potongan lalu menjadi satu keseluruhan bagi mereka dan bagi penulis lewat proses analisis narasi.
Akhirnya, masing-masing guru honorer dalam kisah-kisah ini menggunakan pseudonim – nama sebuah bunga. Nama-nama bunga dipilih sebagai citra dari tiap narator karena kualitas kesegarannya – bersinar dan penting sekaligus baru dan tidak berpengalaman. Guru honorer, seperti bunga, mereka dinamakan atas kerapuhannya namun mengandung ketegaran yang membawanya melalui masa belajar untuk menjadi guru. Di Indonesia sendiri bunga adalah citra dominan – ada beribu ragam bunga (sebagian tidak dapat ditemukan di tempat lain di dunia ini) tumbuh di negara tropis ini. Seperti halnya ada banyak sekali bunga di taman, begitu juga ada banyak persepsi belajar menjadi pengajar disajikan dalam sejumlah besar cara.
B. Kisah Ros:
‘Saya ingin menjadi guru hebat yang bermakna bagi hidup anak.’
Ros ikut serta dalam program universitas di tahun pertama keberadaannya dari Januari hingga Desember 2009. Ia diwawancarai tujuh kali sepanjang tahun selalu di universitas setelah ia selesai mengajar di pagi hari dan kuliah atau menyelesaikan tugas kuliah di sore hari. Di malam hari ia akan bekerja di rumah untuk menyiapkan “tugas belajar” rencana pengajaran (DeKock dan Slabbert, 2004: 12) untuk besok harinya. Wawancara kedelapan dilakukan di sekolah dimana ia akan mengajar penuh setelah lulus. Karena tekanan jadwalnya yang sibuk, sesi wawancara masing-masing panjangnya sekitar 45 menit. Jurnal reflektifnya dibaca pada akhir masanya di kampus. Penulis mengunjunginya suatu pagi di sekolah pertama dimana ia ditugaskan mengajar. Ia dijelaskan dalam teks sebagai wanita muda tinggi dan menarik di awal usia dua puluhan. Bahasa ibunya bahasa Skeah namun kami melakukan wawancara dalam bahasa Indonesia. Ia mengatakan bahwa ia tidak malu dan tidak peduli mengenai isu kerahasiaan dalam wawancara. ‘Apa yang saya katakan kepada anda juga akan saya katakan pada orang lain …” (Ros, 2009: Wawancara 1).
Beliau menandatangani pernyataan kerahasiaan. (Lihat Lampiran I) Pada waktu wawancara ia telah tinggal dengan orang tuanya dan beberapa saudara di pinggiran kota dalam kompleks berpagar, tidak menikah dan tidak punya anak. Gaya berbicara Ros dalam wawancara hidup dan lancar dan member kesan seseorang dengan semangat dramatis. Analisis isi dan bahasa narasi beliau menggunakan metode kluster performatif, struktural dan sastra menunjukkan insidensi tinggi penggunaan bahasa figuratif dan presentasi tema, sedikit penggunaan wacana, makna situatif kata dan monolog interior dan hanya satu kesempatan episode kritis. Ros menjelaskan dirinya sebagai seorang ‘perfeksionis’ dan ‘pecinta organisasi’, ‘orang yang terstruktur’ namun dapat ‘terlalu emosional’ (Ros, 2009: Wawancara 5). Ia juga menjelaskan dirinya sebagai orang yang mandiri. “Saya sangat senang menjadi mandiri. Masalahnya … karena saya terlalu mandiri … (Ros, 2009: Wawancara 2). Sering saat kami bertemu ia tampak kelelahan dan teralihkan: “Ros tampaknya letih dan tidak bersemangat hari ini. Ada lingkaran hitam dibawah matanya” (Catatan lapangan, 8 Mei 2009). Walau begitu, dalam tiap pertemuan, kesan dominan dirinya adalah bahwa ia berniat menjadi guru dan sangat ingin memenuhi misinya sebagai “guru hebat (yang) sangat berarti bagi anak...” (Ros, 2009: Wawancara 2). Naluri determinasinya tidak pernah meninggalkan dirinya dan sesulit apapun masa itu bagianya, ia tidak pernah menyebutkan kalau ia berpikir akan berhenti kuliah.
Ros menghabiskan tahun praktikumnya di universitas dengan mengalami dan menunjukkan perasaan (dalam bahasa figuratif yang jelas) dari kebingungan hingga menjadi “malaikat” (Ros, 2009: Wawancara 1) dan “penonton” (Ros, 2009: Wawancara 2) “mimpi buruk” (Ros, 2009: Wawancara 2) dan “mukjizat” (Ros, 2009: Wawancara 1). Baginya itu adalah tahun yang ia sebut sebagai “kolisi”.
Saya benar-benar bertabrakan di tengah karena saya orang yang sangat sopan dan santun namun bekerja dengan anak-anak yang tidak punya sopan santun … Tabrakan yang nyata terjadi saat saya mencoba menyuruh mereka melakukan sesuatu namun mereka malah mengejek saya … (Ros, 2009: Wawancara 4).
Kisah Ros penuh dengan peristiwa kolisi dan keyakinan serta teori privat dari dalam kelas dan dari luar kelas. Sebagian keyakinan dan teori privatnya dibawakan dari pengalaman masa lalunya dan sebagian dikembangkan atau terungkap saat ia melalui pengalaman mengajar pertamanya.
Dari sejak awal kisah Ros menjadi seorang guru, citra “kolisi” dari satu hal atau lainnya adalah gaya yang berpengaruh dalam hidupnya. Sebagai contoh, keputusan Ros untuk menjadi guru berdasarkan pada kecintaannya dalam mengajar. “Saya senang menjelaskan sesuatu dan saya juga tipe tutor yang baik …” (Ros, 2009: Wawancara 1). Ia sering mengekspresikan keinginannya untuk membuat perbedaan dalam “skala besar” (Ros, 2009: Wawancara 1) lewat pengajarannya – sebuah tema yang sering terjadi berulang kali dalam narasinya. Walau begitu, komitmen Ros untuk menjadi guru tidak dipandang ringan. Ayahnya tidak setuju atas pilihannya untuk menjadikan guru sebagai sebuah profesi.
Ayah saya tidak ingin saya mengajar. Ia seorang akuntan dan mengatakan bahwa mengajar tidak menghasilkan uang. Namun saya menyukai apa yang saya lakukan … (Ros, 2009: Wawancara 1).
Ia menceritakan masa kecilnya sebagai masa yang “sangat indah” (Ros, 2009: Wawancara 2) jadi untuk menyenangkan hati ayahnya ia mengambil kuliah S1 di bidang psikologi, menghabiskan beberapa tahun di luar daerah dan mencoba mengambil pekerjaan yang mewah dan menghasilkan (Ros, 2009: Wawancara 1). Dalam apa yang dapat disebut sebagai “episode kritis” (Elbaz, 1991:17), ia mengatakan :
Dan seterusnya …..



01 February 2011

Contoh Bab Pendahuluan Disertasi Manajemen Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Di awal tahun 1950an, croaker bertubuh besar (Sciaenidae) yang disebut Bahaba china (Bahaba taipingensis), endemik di daerah ini, umum ditemukan sepanjang pesisir Laut China Selatan dan Timur (Gambar 1.1). Gelembung renangnya bernilai sebagai tonik dalam pengobatan tradisional China. Selama masa melimpah di muara-muara utama, nelayan lokal menangkap penumpukan bahaba menggunakan seines kantong artisanal dan jaring insang. Tangkapan lebih dari satu ton per angkat umum ditemukan dan individu dengan berat lebih dari 50 kg tidak jarang didapat. Perkiraan tidak langsung tangkapan tahunan dari Hong Kong lebih dari 50 ton per tahun di tahun 1940an (Sadovy dan Cheung, 2003). Walau begitu, di tahun 2000an, hanya beberapa individu per tahun yang tertangkap sepanjang seluruh pesisir China. Spesies ini sekarang terdaftar sebagai spesies “langka kritis” dalam Daftar Merah Spesies Terancam Punah IUCN (Baillie et al, 2004). Kisah ikan lainnya yang terancam oleh eksploitasi perikanan telah didokumentasikan pula, seperti common skate (Raja batis) di Laut Utara (Brander, 1981), grouper Nassau (Epinephelus striatus) di Karibia (Sadovy, 1993; Sala et al, 2001; Sadovy, 2005), dan wrasse kapala bungkuk di daerah Indo-Pasifik (Sadovy et al, 2003).
Eksploitasi samudera telah meningkat dengan cepat dalam dekade ini dan perikanan menjadi bentuk utama penggunaan langsungnya (Pauly et al, 2002). Berdasarkan statistik perikanan yang dikumpulkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), pendaratan total yang dilaporkan dari laut meningkat dari kurang dari 20 hingga lebih dari 82 juta ton dari tahun 1950 hingga tahun 2000an. Bila tangkapan yang dibuang, ilegal, tidak dilaporkan dan tidak diatur juga dimasukkan, tangkapan global menanjak hingga hampir 150 juta ton pada akhir 1980an, yang kemudian menurun secara perlahan (Pauly et al, 2002). Tahun 2003, sekitar seperempat stok yang diawasi oleh FAO dikatakan dieksploitasi rendah (3 persen) atau menengah (21 persen). 52 persen dieksploitasi penuh (produksi dekat pada batas keberlanjutan maksimumnya), sementara sekitar seperempat lainnya dieksploitasi berlebihan (16 persen), menuju habis (7 persen) atau pulih dari hampir habis (1 persen). Hal ini mewakili peningkatan proporsi stok yang eksploitasi berlebihan atau mulai habis dari sekitar 10 persen di pertengahan 1970an menjadi hampir 25 persen di awal 2003 (FAO, 2004).
Gambar 1.1. Sebuah spesimen Bahaba taipingensis (> 2m) tertangkap 30 Desember 1993 di pesisir Teluk Castle Peak, Hong Kong barat, oleh penangkapan trawler secara tidak sengaja. Foto aslinya diterbitkan dalam Sadovy dan Cheung (2003).
1.1 Penangkapan sebagai ancaman konservasi utama ikan laut
Keruntuhan stok perikanan utama dan langkanya sejumlah ikan laut menyarankan bahwa spesies kelautan rentang pada penyusutan ekstrim, atau bahkan kepunahan, yang dihasilkan langsung atau tidak langsung dari penangkapan (Roberts dan Hawkins, 1999; Powles et al, 2000; Dulvy et al, 2003; Sadovy dan Cheung, 2003). Sementara mayoritas sumberdaya perikanan dunia dieksploitasi sepenuhnya dan berlebihan (Pauly et al, 2002; Hilborn et al, 2004a), penangkapan dipandang sebagai ancaman pelestarian utama ikan laut (Reynolds et al, 2001; Dulvy et al, 2003). Sejajar dengan skala penangkapan yang meningkat, kelimpahan banyak ikan laut telah menurun secara besar-besaran di penjuru dunia dalam lima dekade terakhir. Di Atlantik Utara, ikan tingkat trofik tinggi telah menurun dua pertiganya sejak tahun 1950an (Christensen et al, 2003). Selama 50 tahun terakhir, populasi anakan dari populasi ikan laut dari penjuru dunia menurun pada median 65%, dengan lebih 28 populasi yang menurun lebih dari 80% (Hutchings dan Reynolds, 2004; Reynolds et al, 2005a). Spesies penting komersial dapat diturunkan hingga tingkat rentan karena nilai ekonomisnya, misalnya Bahaba China (Bahaba taipingensis, Scianidae) (Sadovy dan Cheung, 2003), Tuna sirip biru selatan (Thunnus maccoyii, Scombridae) (Hayes, 1997). Walau begitu, spesies dengan nilai komersial rendah atau tidak memiliki nilai komersial tidak aman dari ancaman penangkapan karena spesies non target dapat terancam lewat penangkapan (misalnya Common skate, Raja batis, Rajiidae, Brander 1981; Barndoor skate, Raja laevis, Rajiidae, Casey dan Myers, 1998). Lebih jauh, aktivitas penangkapan dapat menciptakan gangguan dan kerusakan besar habitat bentik (Jennings et al. 2001; Kaiser et al. 2002; Kaiser et al. 2003). Penurunan dan kepunahan dapat berasosiasi dengan kehilangan habitat mendasar yang kritis untuk melengkapi siklus hidup spesies (McDowall 1992; Watling dan Norse 1998).
Penangkapan dapat juga menyebabkan hilangnya keanekaragaman genetik (Law, 2000). Sebagian populasi snapper Selandia Baru (Pagrus auratus, Hauser et al, 2002) dan kod Atlantik (Gadus morhua, Hutchinson et al, 2003) menunjukkan penurunan signifikan dalam keanekaragaman genetik selama sejarah eksploitasinya. Selain itu, ukuran populasi efektif menentukan sifat genetik sebuah populasi sekitar seperlima dari ukuran populasi sensus (kelimpahan total perkiraan) dalam beberapa populasi ikan yang dieksploitasi (Hauser et al. 2002; Hutchinson et al. 2003; Hoarau et al. 2004). Ukuran populasi efektif yang rendah dapat menghasilkan saling kawin dalam populasi dan hilangnya keanekaragaman genetik (Hauser et al. 2002; Hutchinson et al. 2003; Hoarau et al. 2004). Karenanya, diperlukan pengawasan dan pengaturan keanekaragaman genetik dari populasi laut yang dieksploitasi (Kenchington et al. 2003).
Hilangnya keanekaragaman hayati dapat langsung atau tidak langsung mempengaruhi fungsi ekosistem (Loreau et al. 2001; Worm & Duffy 2003; Worm et al. 2006). Pembuangan spesies kunci yang mencakup spesies yang kritis pada fungsi ekologis pada komunitas atau habitat dalam keadaan asal mereka (Zacharias dan Roff 2001), dapat menghasilkan pergeseran keadaan dalam ekosistem laut. Sebagai contoh, pembuangan berang-berang laut di Kepulauan Aleutian menghasilkan ekspansi populasi teripang yang segera menghabiskan ganggang besar berdaging seperti kelp dan mempengaruhi komunitas yang berkaitan (Tegner dan Dayton 2000; Jackson et al. 2001). Di sisi lain, penyusutan pemakan ganggang seperti ikan kakaktua membawa pada pertumbuhan ganggang besar-besaran pada permukaan karang yang sangat mempengaruhi ekosistem terumbu karang (Bellwood et al. 2004). Sebagian penelitian menyarankan bahwa keanekaragaman hayati berkorelasi secara positif dengan fungsi ekosistem (Tilman et al. 1997; Symstad et al. 1998; Worm et al. 2006), dan stabilitas serta resiliensi ekosistem (Tilman dan Downing 1994; Tilman 1996; Scheffer et al. 2001). Hal ini didukung oleh meta analisis data yang menunjukkan korelasi signifikan antara keanekaragaman hayati laut dan fungsi ekosistem (Worm et al. 2006). Jadi, secara umum disepakati bahwa kekayaan spesies yang tinggi diperlukan untuk mempertahankan stabilitas proses ekosistem melawan variabilitas lingkungan (Loreau et al. 2001).
1.2 Ikan laut mungkin rentan punah
Ada keyakinan umum di masa lalu bahwa ikan laut tidak akan dapat punah karena satu ekor betina dapat menghasilkan jutaan telur dan memiliki jangkauan geografis yang besar. Walaupun disadari bahwa elasmobranchiata (hiu dan pari) rentan punah karena sejarah hidup dan ekologinya (Smith et al. 1998; Stevens 1999; Stevens et al. 2000), banyak ikan yang masih dipandang tidak dapat habis oleh sebagian. Persepsi demikian bertahan semenjak Jean Baptiste de Lamarck menyatakan di awal abad ke-19 bahwa:
‘Hewan yang hidup di air, khususnya air laut, terlindungi dari kehancuran spesies mereka oleh manusia. Penggandaannya sangat cepat dan sifatnya untuk menghindari perangkap dan kejaran begitu baik sehingga tidak ada kemungkinan untuk menghancurkan seluruh spesies hewan ini’ (Lamarck 1809, dicetak ulang tahun 1984).
Ini berarti sejumlah kecil individu dewasa tetap ada di samudera dan dapat mengisi laut dengan ikan secara cepat, dengan asumsi bahwa sebagian besar telur dapat berkembang menjadi ikan dewasa kembali dalam beberapa tahun kemudian. Selain itu, ikan laut juga secara umum memiliki jangkauan geografis luas dan menghasilkan telur pelagis yang dapat mengambang bersama arus samudera. Karenanya populasi ‘entah dimana’ dapat selalu mengkolonisasi kembali daerah penyusutan lokal.
Miskonsepsi bahwa ikan yang bertelur sangat banyak (yaitu mayoritas teleost) resilien terhadap penangkapan (kemampuan populasi untuk pulih) telah dipelajari dengan serius dan sebagian besar telah berhasil disanggah (Sadovy 2001; Dulvy et al. 2003). Ikan bertelur banyak tidak sama dengan resilien pada penangkapan (kemampuan populasi pulih setelah menyusut akibat penangkapan). Resiliensi sangat tergantung pada kemampuan bertahan hidup dari kondisi telur menuju dewasa, bukannya kelimpahan per se (Sadovy, 2001). Ikan yang menghasilkan jutaan telur sekaligus biasanya memiliki strategi ‘lindung-taruh’ dimana produksi sejumlah besar telur di evolusikan untuk mengkompensasi kelangsungan hidup yang rendah dari telur menuju dewasa (Phillipi dan Seger 1989). Teori sejarah hidup memprediksikan bahwa ikan (dan vertebrata lainnya) yang berukuran besar (umumnya teleost bertelur banyak) dan lamban menjadi dewasa memiliki tingkat peningkatan populasi intrinsik (r) yang rendah (Smith et al. 1998; Musick 1999b; Reynolds et al. 2001). Hewan dengan r rendah memiliki kemampuan pulih yang rendah setelah pengurangan populasi, dan karenanya resiliensi rendah pada penangkapan. Ada contoh-contoh ikan bertelur banyak yang menjadi langka akibat penangkapan, misalnya bahaba China (Sadovy dan Cheung, 2003), grouper Nassau (Epinephelus striatus) (Sadovy 1993; Sala et al. 2001) dan wrasse kepala bungkuk (Cheilinus undulates) (Sadovy et al. 2003). Hubungan antara sejarah hidup ikan dan kerentanannya pada penangkapan akan dijelajahi lebih jauh secara detil nanti.
Jangkauan geografis yang besar tidak menawarkan banyak perlindungan ikan dari ancaman penangkapan (Dulvy dan Reynolds 2002; Dulvy et al. 2003; Reynolds et al. 2005a). Studi genetik menyarankan bahwa persebaran telur dan larva pelagis dapat terbatasi (Swearer et al. 1999; Cowen et al. 2000). Selain itu, aktivitas penangkapan skala besar telah menyebar ke sebagian besar bagian samudera dan hanya ada beberapa tempat pengungsian ikan saja yang tersisa (Pauly et al. 2002; Pauly et al. 2005). Karenanya, ikan dengan jumlah telur banyak dan jangkauan geografis besar tidak dapat dianggap resilien atau tidak rentan.
Penangkapan dipandang sebagai ancaman kelestarian ikan laut hanya beberapa tahun belakangan (Powles et al. 2000). Faktanya, apakah penyusutan populasi ikan oleh penangkapan dapat dipandang sebagai masalah konservasi murni masih menjadi perdebatan para ilmuan perikanan dan biologiwan pelestarian (Carlton et al. 1999; Mace dan Hudson 1999; Powles et al. 2000; Hutchings 2001). Sebagai contoh, penilaian stok perikanan konvensional berdasarkan model produksi surplus sederhana menyarankan tangkapan keseimbangan maksimum dari sebuah populasi dapat dicapai dengan mengurangi kelimpahan stok hingga level dekat dengan separuh ukuran stok yang tidak dieksploitasi – tingkat penurunan (dalam bingkai-waktu tertentu) yang dapat jatuh pada kategori rentan dalam kriteria Daftar Merah IUCN. Daftar Merah IUCN yang dikelola oleh Uni Konservasi Dunia (WCU), diterima luas sebagai otoritas untuk menentukan resiko kepunahan hewan dan tanaman (Rodrigues et al. 2006), walaupun validitasnya untuk ikan laut masih dipertanyakan (Punt 2000; Reynolds et al. 2005a). Untuk memecahkan masalah ini, IUCN memasukkan threshold penurunan yang lebih tinggi untuk spesies dimana ‘penyebab penurunan ukuran populasinya jelas dapat dibalikkan, dan dipahami serta telah hilang’ (IUCN 2001). Walau begitu, bahkan bila penyebab pengurangan populasi dapat balik dan dipahami serta kebijakan manajemen telah diterapkan, populasi yang menyusut masih dapat untuk tidak mampu pulih (Hutchings 2000; Hutchings dan Reynolds 2004).
Dan seterusnya ….

Contoh Topik Disertasi Pendidikan Biologi

  1. Pemikiran mengenai landasan konseptual ilmu biologi
  2. Model untuk penggunaan cadangan konsep sebagai piranti untuk penugasan siswa dan perkembangan profesionalisme guru
  3. Pengajaran biologi matematis pada fakultas perikanan sarjana
  4. Penggunaan kemelekan kritis untuk mengeksplorasi genetika dan isu etis, hukum dan sosialnya dengan guru SMP
  5. Mempertahankan inovasi di masa krisis ekonomi
  6. Fokus pengajaran biologi umum mahasiswa sarjana pada keahlian kognitif tingkat rendah
  7. Pengembangan kerangka dan perangkat konseptual untuk penugasan penggunaan prinsipil model-model dalam biologi seluler pada mahasiswa s1
  8. Inkuiri berpusat pembelajar dalam biologi sarjana dan hubungannya dengan prestasi mahasiswa jangka panjang
  9. Strategi belajar sebelum kuliah dan hubungannya dengan peningkatan hasil belajar pada kelas biologi dasar besar
  10. Seberapa akurat kah penilaian oleh teman?
  11. Belajar terfasilitasi dalam kelas kuliah besar: Pengujian pendekatan tim mengajar pada belajar bersama
  12. Penggunaan penemuan untuk mengubah bagaimana siswa mengatasi masalah
  13. Latihan berbasis inkuiri multi bagian untuk pengajaran proses filogeni dan sistematika molekuler
  14. Persepsi fakultas dan metodologi efektif untuk pengajaran proses sains
  15. Integrasi informasi dan keberaksaraan ilmiah untuk memperkenalkan keberaksaraan pada mahasiswa sarjana
  16. Triad fakultas-pasca sarjana-sarjana: fungsi unik dan ketegangan dan hubungannya dengan pengalaman penelitian mahasiswa sarjana pada universitas penelitian
  17. Tantangan pendidikan sains kehidupan molekuler: karakteristik dan implikasi untuk pendidikan dan penelitian
  18. Bagaimana pendekatan mahasiswa biologi dan non biologi dalam mempelajari genetika
  19. Perbandingan pandangan sifat sains antara mahasiswa mipa dan non mipa
  20. Kemitraan pendidikan genomik: integrasi penelitian pada kelas laboratorium pada berbagai lembaga pendidikan tinggi
  21. Peningkatan sains fisik, matematika dan lintas disiplin dalam program biologi mahasiswa lewat Kimia fisik
  22. Kombinasi model genggam dan program pencitraan komputer untuk membantu siswa menjawab pertanyaan lisan mengenai struktur dan fungsi molekul: penyelidikan belajar siswa terkontrol
  23. Pengaruh minimal prasyarat kimia organik pada kinerja mahasiswa dalam mata kuliah biokimia dasar
  24. Pendekatan inkuiri untuk meningkatkan belajar mahasiswa dalam laboratorium mengajar
  25. Intervensi SMA untuk biologi influenza dan epidemik/pandemik: pengaruh pemahaman konseptual remaja
  26. Evaluasi redesain mata kuliah biologi sel
  27. Sel punca dan masyarakat: mata kuliah yang membahas persimpangan antara sains, agama dan hukum
  28. Integrasi biologi kuantitatif dan biologi matematika serta matematika biologi
  29. Bioinformatika dan kurikulum sarjana
  30. Perkenalan BioMaPS untuk pengajaran
  31. Model transformatif untuk pendidikan biologi kuantitatif mahasiswa
  32. Matematika, termodinamika dan pemodelan untuk menilai sepuluh miskonsepsi umum mengenai struktur, lipatan dan stabilitas protein
  33. Mempersiapkan guru untuk menghubungkan biologi dan matematika

Contoh Topik Disertasi Ilmu Hukum

  1. Pemerintah versus Ombudsman: Apa peran judicial review?
  2. Proporsionalitas bukan prasumsi
  3. Pembuangan diluar pengadilan (diluar pandangan)
  4. Pengabaian dan pembelaan dengan keahlian khusus
  5. Mesothelioma dan resiko yang dijelaskan dalam sidang tuntutan
  6. Siapa yang membayar untuk pengabaian sub kontraktor? Liabilitas biasa dan liabilitas untuk aktivitas sangat berbahaya
  7. Apakah saya dikelabui oleh tetangga saya yang pemabuk?
  8. Membuat keputusan disaat terganggu secara emosional karena pers
  9. Tuntutan bank di mahkamah agung
  10. Sifat kontraktual reasuransi
  11. Injungsi anti tuntutan dan klausa jurisdiksi non eksklusif
  12. Identifikasi uang pada hukum publik
  13. Subrogasi, akuntansi dan pengayaan yang tidak adil
  14. Penugasan maya dan utusan pengasingan sewa rumah
  15. Pre-nups, otonomi pribadi dan paternalisme
  16. Hari yang baik dan peringatan lisan untuk Pemerintah
  17. Jaksa Bao yang terlambat muncul
  18. Menafsirkan konsep baru dengar pendapat
  19. Hukum pidana hanya nama: Pembahasan sifat dan tujuan draft revisi KUHP
  20. Jurisdiksi peradilan untuk membatasi kreditor dari menyajikan petisi sirkuler dalam keberadaan lintas klaim
  21. Bersikap defensif terhadap pengabaian polisi: prinsip Hill, hak asasi manusia dan pengadilan agama ideal
  22. Pendekatan sepanjangan lengan – kembalinya modal yang tidak wajar
  23. Obat-obatan, kesalahan dan pembantaian: kombinasi kriminal?
  24. Prinsip, proses dan masalah Rekusal judisial
  25. Dasar-dasar Ekonomi hukum
  26. Pasal ketenagakerjaan dan kebijakan publik
  27. Kemajuan dalam hukum hak milik intelektual Indonesia
  28. Tugas konstitusional, diskresi administratif dan hak-hak sipil
  29. Mahkamah agung baru Indonesia, perpisahan antara kekuatan dan perangkat anti terorisme
  30. Pertanyaan mengenai keimanan
  31. Hak hidup keluarga dalam kasus ekstradisi
  32. Pengadilan yang adil dan jaminan penangkapan
  33. Penyebab: Apakah adil?

Memilih Topik untuk Disertasi Pertanian

Bagaimana kedengarannya disertasi pertanian bagi anda? Tentu saja anda mungkin tahu bagian dasar menulis sebuah disertasi namun apakah anda memiliki gagasan topik apa yang harus digunakan untuk disertasi anda? Biarkan kami memberikan beberapa tip mengenai bagaimana memilih topik makalah penelitian.
Pertama, anda perlu menentukan rentang minat yang akrab dengan anda. Dalam disertasi pertanian, ada banyak topik yang mungkin untuk dipilih. Penting kalau anda memiliki cukup pengetahuan mengenai topiknya sehingga anda dapat dengan mudah memanifestasikan kredibilitas anda dalam makalahnya.
Kedua, menulis disertasi melibatkan banyak parameter penelitian. Ada metode tertentu yang anda perlukan untuk mendapatkan hasil penelitian yang handal. Untuk topik pertanian anda, pastikan kalau anda memiliki subjek yang dapat diteliti. Ini artinya memungkinkan bagi anda untuk memakai metode penelitian dan menerapkannya pada subjek.
Ketiga, struktur disertasi dapat disadari memiliki topik yang signifikan. Selalu bagus bila anda dapat memperbaiki pentingnya membahas minat topik. Dengan hal ini, anda akan mampu memperoleh hasil yang relevan pada pembaca anda.
Disertasi pertanian tersedia dari kami. Anda dapat segera memperoleh dokumen contoh yang akan membantu anda mempertahankan pilihan topik. Namun bila anda membutuhkan bantuan menulis, penulis kami juga dapat menyediakan anda bantuan yang anda cari. Cukup hubungi penulisdisertasi@gmail.com untuk mendapatkan bantuan yang anda butuhkan.